Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menelusuri Jejak Sejarah Pecinan Jatinegara di Jakarta, Mampir Sejenak ke Klenteng Shia Djin Kong

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Seperti lazimnya gang-gang di Jakarta, gang tersebut tercipta dari rumah-rumah yang rapat sehingga tiada jarak satu sama lain. Saking padatnya, maka pada siang hari pintu depan harus dibuka lebar-lebar, agar udara segar masuk ke rumah.

Kami bisa melihat dua orang ibu-ibu sedang mengobrol karena pintu rumahnya terbuka lebar.

Di tengah-tengan permukiman padat seperti itulah Bio Shia Djin Kong berada.

Sedang berbenah

Warna dindingnya yang merah sangat kontras dengan rumah-rumah di yang ada di sana.

Belum lagi wangi dupa menguar sehingga tercium dengan tegas.

Papan nama bertuliskan aksara Cina di atas menggantung di ambang pintu masuk menyambut kami.

Selain aksara Cina tertulis juga namanya dalam huruf latin “Yayasan Bio Shia Jin Kong”.

Beberapa pria sedang sibuk dengan aktivitasnya, ada yang membersihkan debu-debu, ada yang sedang memperbaiki atap bangunan tersebut.

Seorang pria keluar menyambut kami. Dia adalah Ikim Sudrajat, satu cucu dari pendiri klenteng ini.

Bio Shia Djin Kong didirikan oleh Thung Jih Wei pada tahun 1944.

“Ayo masuk aja. Emang lagi nyiapin buat Imlek nih” Kata Ikim mengajak masuk.

Thung Jih Wei pendiri Klenteng Shia Djin Kong. (Warta Kota/Janlika Putri)

Vihara dan Bio

Klenteng Shia Djin Kong sangat sederhana, dan terletak di bangunan yang kira-kira berukuran 6 x 3 meter.

Di sebelah kanannya adalah Vihara Dharma Kumala, yang juga memiliki ukuran hampir sama.

Halaman
1234