Tempat-tempat kediaman masing-masing pasukan itu kemudian disebut Wirabrajan Daengan, Ketanggungan, Patang Puluhan dan Bugisan.
Jadi akhiran “an” di sini menunjukan tempat.
Tiga pasukan diberi tempat tinggal di sebelah Selatan beteng kraton, masing-masing Mantrijero, Jagakarian dan Pawiratama.
Jadi tempat kediaman mereka disebut Mantrijeron, Jagakarian dan Pawirataman.
Dua pasukan lainnya ditempatkan di sebelah Timur sungai Code, yaitu pasukan Nyutra dan Surakarsan.
Semua anggauta pasukan itu diperkenankan tinggal di tempat masing-masing dengan sanak keluarganya hingga turun-temurun.
Enggan nama baru
Nama-nama baru yang kedengarannya tak cocok untuk telinga orang Jogya, umumnya tak laku.
Sebagai contoh misalnya Jl. Pangurakan (dari urak = surat perintah bergiliran piket di Keraton) yang diganti dengan nama Jl. Trikora.
Meskipun papan namanya dipancang sampai sekarang, namun tak seorang tukang becak yang tahu, di mana jalan itu.
Tetapi kalau orang mengatakan Jl. Pangurakan, maka tukang becak tak akan keliru.
Begitu pula dengan jalan Judanegaran, yang sejak adanya Dwi Komando rakyat (Dwikora) diganti dengan nama tersebut.
Para pengemudi becak tahunya hanya Jl. Judanegaran, dan tak ada orang yang menawar becak misalnya seperti, “ke jalan Dwikora berapa, Pak?"
Ada pula jalan yang telah diganti dengan nama seorang pahlawan revolusi terkenal.
Tetapi tak ada orang yang pernah menyebut nama jalan baru itu.
Baca tanpa iklan