“Jadi memang perencanaan Ancol ini sangat matang. Pada waktu Dunia Fantasi dibangun, saya kerjakan gabungan kewajiban dan hobi,” ucap Ciputra seperti dikutip dalam harian Kompas pada Minggu, 24 November 1985.
Saat membangun Ancol, tak semua mulus Ciputra lewati.
Sebab, ada beberapa kendala yang harus Ciputra lewati, salah satunya kekurangan dana.
Selain dilatarbelakangi mimpinya yang hendak mengadopsi Disneyland ke Ancol, pengusaha properti ini juga memikirkan bagaimana menciptakan area rekreasi bagi masyarakat.
Seperti dikutip dalam buku karya Alberthiene Endah yang berjudul Ciputra the Entrepreneur, ia meyakini bisa menyulap Ancol seperti angannya.
“Saya tak mau menyatakan tak bisa karena saya yakin bisa! Ancol pasti bisa menjelma menjadi kawasan rekreasi pantai yang indah dan bisa menghibur warga Jakarta, serta masyarakat luar kota yang berlibur ke Jakarta.
Jika saya mau bertekad, Ancol yang mengerikan ini bisa saya sulap menjadi kawasan yang indah,” kata Ciputra.
Disneyland, menurut dia, adalah gabungan dari inovasi, budaya, seni, dan komersial sehingga saat membangun Ancol, Ciputra sama sekali tidak takut merugi.
Sebab, Ciputra memikirkan bagaimana suatu saat masyarakat berbondong-bondong rekreasi ke Ancol seperti sekarang ini.
“Saya lihat rawa (dahulu Ancol), intuisi saya, manusia butuh rekreasi. Rawa itu akan bermanfaat. Saya sudah ke luar negeri melihat Disneyland, inilah membaca hari depan,” ucap Ciputra.
Tonton juga:
Ancol dan Dufan diresmikan
Akhirnya, saat yang ditunggu tiba.
Pada 26 Juni 1967, Taman Impian Jaya Ancol diresmikan.
Ketika wisata rekreasi itu diresmikan, masyarakat menyambutnya dengan antusias.