Untuk melewati tempat mereka harus berjalan di atas bangunan tanpa menyentuh tanah.
4. Beberapa penduduk yang tinggal di tingkat atas menganggap atap sebagai tempat perlindungan, karena merupakan satu-satunya pelarian dari klaustrofobia.
Atap sering digunakan untuk berolahraga dan sebagai taman bermain.
Namun atap rumah juga bisa berbahaya, karena ada celah kecil di antara bangunan-bangunan itu.
Selain itu, karena kurangnya pengumpulan sampah, beberapa warga membawa barang-barang sampah mereka ke atap.
Akibatnya, banyak atap rumah penuh dengan kasur yang dilepas, perabotan rusak, dan peralatan rumah tangga.
5. Mulai 1950-an saat populasi tumbuh dan pihak berwenang menjaga jarak, Kota Walled menjadi tempat berlindung bagi kejahatan.
Kota ini dikendalikan oleh Triad dan merupakan rumah bagi banyak sarang pelacuran, opium, dan judi.
Kejahatan di kota ini sangat buruk.
Polisi bahkan hanya bisa menutup mata terhadap kejahatan yang terjadi di sana.
Namun semuanya berubah pada 1970an.
6. Pada 1973-74, polisi melakukan lebih dari 3.500 serangan di Walled City dan menyita lebih dari 4.000 pon obat-obatan terlarang.
Pada 1970-an, ada kampanye anti-korupsi yang menyingkirkan unsur-unsur kriminal di dalam kepolisian dan melemahkan Triad.
Setelah itu, polisi melancarkan serangkaian serangan besar-besaran dan menangkap lebih dari 2.500 orang.
Sebagian besar penduduk kota mendukung polisi, dan penggerebekan terus berlanjut selama bertahun-tahun dan membuat dampak yang signifikan.