Kesesokan harinya
Pukul 9 pagi, Azzy dan Shinta langsung bergegas untuk menuju Pantai Pesawaran dan dilanjutkan ke Pulau Mahitam yang letaknya memang tidak jauh.
Bila air laut sedang pasang, maka harus menggunakan perahu, sedangkan ketika air laut sedang surut, seakan-akan laut sedang terbelah seperti pada cerita Nabi Musa.
Sembari menunggu air laut surut, mereka menikmati Pantai Pesawaran yang masih perawan yang berbeda dengan pantai-pantai yang dikunjungi oleh banyak wisatawan.
Biasanya air laut akan surut sekitar pukul 12 siang.
Dan benar, ketika air laut surut, gundukan pasir yang membentuk jalan menuju Pulau Mahitam pun terlihat. Dipadukan dengan hutan mangrove dan pasir putih, Pulau Mahitam mulai menunjukkan pesonanya.
Tanpa berpikir panjang, Azzy dan Shinta pun menyusuri jalanan pasir alami yang hilang bila air laut sedang pasang menuju Pulau Mahitam.
Pulau yang asri, langit dan samudera biru, pantai pasir putih, hutan bakau, pohon kelapa menjadi kombinasi perpaduan istimewa untuk dinikmati.
Pukul 16.00 WIB mereka kembali ke penginapan untuk beristirahat, untuk menghindari air laut pasang dan jalanan tersebut hilang.
Akhirnya perjalanan terakhir akan dilanjutkan keesokan harinya.
DESTINASI KETIGA, PANTAI GIGI HIU
Pesona Pantai Gigi Hiu memang tidak bisa diingkari lagi, melihat foto Pantai Gigi Hiu di internet saja sudah bisa membuat kita berdecak kagum, terlebih bila melihatnya dengan mata sendiri.
Itulah yang menjadi satu alasan duo traveler perempuan ini menjadikan Pantai Gigi Hiu menjadi last list destination traveling mereka pada kali ini.
Pantai Gigi Hiu dikenal juga dengan sebutan Pantai Pegadungan atau Pantai Batu Layar yang terletak di Kelumbayan, Tenggamus, Lampung.
Perjalanan awal dari Pesawaran menuju Pantai Gigi Hiu disuguhkan dengan pemandangan pantai luar biasa.
Namun usai 2,5 jam berkendara, jalan terbagi menjadi dua yakni sebelah kiri yang terlihat mulus menuju Teluk Kiluan dan sebelah kanan yang menanjak dan tampak terjal menuju Pantai Gigi Hiu.
Di pertigaan tersebut, mereka bertanya kepada warga sekitar waktu tempuh untuk mencapai Pantai Gigi Hiu, salah seorang penduduk menjawab hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Namun ternyata, waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar sampai di Pantai Gigi Hiu adalah 2,5 jam. Jadi total waktu tempuh yang harus dijalani untuk menuju Pantai Gigi Hiu adalah 5 jam.
Di tengah perjalanan menyusuri jalanan yang terjal dan menanjak tersebut, motor mereka mulai mengeluarkan asap tebal dan bau yang cukup menyengat, cukup berbahaya bila harus mogok di situasi seperti ini.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berisitirahat.
Ketika sedang beristirahat, ada 3 remaja setengah dewasa yang juga hendak pergi ke Pantai Gigi Hiu.
Akhirnya diputuskan mereka pergi bersama-sama.
Tak lama setelah itu, datang juga pengendara lainnya yang pada akhirnya diketahui dia adalah Pak Joni seorang petugas dari pemerintah yang sedang mensurvei potensi wisata di Pantai Gigi Hiu.
Akhirnya mereka pergi ke Pantai Gigi Hiu berenam.
Sesampainya di Pantai Gigi Hiu, mereka disuguhkan dengan pemandangan pantai yang berbeda.
Bila pada umumnya pantai identik dengan pasir putih dan ombak tenang, di sini malah sebaliknya.
Pantai Gigi Hiu menawarkan pesona karang-karang yang tajam, dengan ombak yang berdebur kencang, namun suasana yang disuguhkan tak kalah menyenangkan.
"Di sekitar pantai gigi hiu ada sebuah makam seorang wanita yang dulu mayatnya ditemukan terdampar di sekitar pantai" tiba-tiba Pak Joni bercerita hal yang cukup membuat Azzy dan Shinta kaget.
"Kalau mau naik tebing karang di sana, hati-hati ya, soalnya kemarin ada yang selfie tidak diperhitungkan akhirnya jatuh, keseret ombak dan meninggal" tambah Pak Joni yang membuat suasana menjadi semakin mencengkam.
Kemudian Pak Joni memberi nasihat, bila memang akan berfoto di satu spot di sana harus hati-hati dan tunggu air laut surut terlebih dahulu.
• Menelusuri Keindahan Pantai Gigi Hiu di Lampung yang Terkenal dengan Gugusan Karang Tajamnya
Sembari menunggu air laut surut, mereka pun menikmati pesona Pantai Gigi Hiu seperti layaknya orkestra dengan ombak yang menghajar karang sebagai musiknya.
Laut mulai surut, dan mereka mulai menuju spot foto Instagramable yang ditentukan dengan berhati-hati.
Setengah jam puas berfoto dan menikmati pesona Pantai Gigi Hiu, mereka pun pulang, karena perjalanan pulang masih panjang.
Azzy dan Shinta masih harus kembali ke Terminal Rajabasa mengembalikan motor sewaan mereka, dilanjutkan ke Pelabuhan Bakauheni menyebrang ke Merak, dan kembali ke Bogor.
Dari perjalanan tersebut, Azzy mengungkapkan mendapatkan banyak pelajaran yang luar biasa, satu yang paling dia ingat dituliskannya menjadi sebuah caption pendek.
"Kemanpun kita pergi, Tuhan memeluk kita di mana-mana" ujarnya kepada TribunTravel dengan penuh percaya diri.
• Rangkaian Lampung Krakatau Festival 2019, Pameran Hingga Parade Budaya yang Meriah
Ayo kirim dan berbagi cerita liburan kamu untuk diterbitkan di laman TribunTravel.com. Simak cara mudahnya di sini.
(TribunTravel.com/GigihPrayitno)