Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Viral di Medsos, Ada Fenomena Topi Awan di Gunung Merbabu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan Gunung Merbabu bercaping, Kamis (3/10/2019).

TRIBUNTRAVEL.COM - Sejumlah warganet di media sosial, Twitter maupun Instagram, dihebohkan dengan penampakan Gunung Merbabu pada Kamis (3/10/2019) pagi ini.

Dari sejumlah foto yang diunggah oleh warganet, tampak pada puncak Gunung Merbabu yang diselimuti awan tebal.

Awan tersebut layaknya topi yang menutupi kawasan puncak.

Awan tampak berbentuk bulat, hingga sejumlah warganet menyebut bentuknya yang seperti caping atau topi milik para petani.

TONTON JUGA :

Awan tebal berwarna putih tampak melingkar di atas puncak Gunung Merbabu.

Hingga berita ini dituliskan, belum ada konfirmasi dari pihak terkait, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) serta dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Simak foto-fotonya di akhir artikel.

Ini Imbauan Polres Mimika untuk Wisatawan yang Akan Mendaki Gunung Carstensz

Negeri di Atas Awan Gunung Luhur Tutup, Tunda Dulu Rencana Liburan Akhir Pekan di Sana

Gunung Semeru Bertopi

Sebelumnya, warga dihebohkan dengan pemandangan gunung Semeru yang memiliki topi atau payung di puncaknya.

Fenomena ini dibagikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho pada Senin (10/11/2018) melalui akun twiternya, @Sutopo_PN.

Menanggapi fenomena ini, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra berkata bahwa fenomena ini disebut Altocumulus Lenticular.

“Jadi awan itu ada tiga: tinggi, menengah, dan rendah. Kalau awan rendah seperti awan CB itu rendah tapi menjulang ke atas, awan menengah seperti Altocumulus Lenticular, dan awan tinggi seperti awan Sirus yang bentuknya kaya bulu ayam,” papar Agie melalui sambungan telepon pada Selasa (11/12/2018).

"Disebut rendah menengah tinggi dilihat dari jarak ke permukaan," imbuhnya lagi.

Dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com, Agie menjelaskan, awan lentikular terbentuk saat udara bergerak melewati pegununungan, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi.

Halaman
12