Anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Jakarta Selatan itu berharap agar Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan dapat membuka akses masuk bagi pengunjung.
Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah mengakses makam.
"Kalau bisa aksesnya dibuka, karena sayang banget pager ditutup sekarang ini," jelasnya.
Seperti diketahui, Ade Irma Suryani Nasution gugur dalam penyergapan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 6 Oktober 1965 silam.
• Mengenang Peristiwa G30S di Museum AH Nasution, Ada Barang Peninggalan Ade Irma Suryani
Putri bungsu Jenderal Besar Abdul Harris Nasution itu tewas ketika menjadi tameng untuk ayahnya.
Dalam peristiwa tersebut, turut wafat Ajudan sang ayah, Kapten Pierre Andreas Tendean yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Sedangkan Ade Irma Suryani Nasution dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blok P Prapanca yang disulap menjadi Kantor Wali Kota Jakarta Selatan pada 1998.
Perubahan status TPU tersebut mengubah wajah TPU yang semula dipenuhi kuburan umum masyarakat menjadi perkantoran bertingkat.
Walau begitu, makam Ade Irma Suryani yang berada di sisi Jalan Nipah XII tidak dibongkar dan justru dibangun Tugu monumen perjuangan.
Mengenang Kisah Ade
Dialog terakhir di antara ibu kandung, anak, dan bapaknya yang diburu komplotan yang bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) itu demikian tragis, menyayat hati, dan mengiris hati.
Korban masih berumur 5 tahun ketika sekomplotan orang bersenjata menyerbu rumahnya.
Ade Irma Suryani Nasution lahir 19 Februari 1960, ia adalah putri bungsu Jenderal Besar Abdul Harris Nasution.
Ade masih tertidur tenang saat kedua orangtuanya panik saat menghadapi sekelompok pasukan bersenjata pada peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Peristiwa itu dikenal sebagai peristiwa G30S PKI yang memang sangat berdarah.
Baca tanpa iklan