Mereka merupakan 30 persen dari populasi Sarawak, meskipun beberapa juga dapat ditemukan di Brunei dan Indonesia .
Dikenal sebagai 'Dayak Laut' di era kolonial, orang - orang Iban terkenal sebagai pemburu kepala yang banyak ditakuti di Kalimantan.
Dengan keterampilan pelaut dan sifatnya yang galak, mereka dianggap sebagai suku Dayak yang terkuat dan tersukses.
Banyak suku dari negara-negara tetangga diyakini telah dihancurkan oleh orang-orang Ibran atau dipaksa untuk pindah akibat perang brutal dan berdarah.
• 8 Makanan khas Kalimantan Timur, Cicipi Sate Daging Rusa yang Rasanya Manis
• Tempat Wisata di Kalimantan Timur yang Tersembunyi, Inilah Pulau Kaniungan
• Mengenal Pesut Mahakam, Ikon Kalimantan Timur yang Terancam Punah
Mengumpulkan kepala dan membawanya kembali ke desa adalah tanda kejantanan.
Suku Iban percaya bahwa memotong kepala memberi mereka roh yang pada gilirannya membuat sang kolektor lebih kuat.
Larangan yang diterapkan oleh Sir James Brooke dari Inggris pada 1800 menghambat praktik tersebut.
Tapi tradisi kuno dihidupkan kembali selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II.
Saat ini, sejumlah kecil pria Iban tua memiliki garis berlekuk di punggung tangan mereka.
Ini menunjukkan bahwa mereka telah membunuh dan memotong kepala seseorang sebelumnya.
Murut
Di masa lalu, suku Murut di Sabah Borneo ditakuti karena tradisi kuno praktik pengayauan.
Setelah masuk Islam atau Kristen, sebuah undang-undang anti-pengayauan oleh kolonial Inggris telah dilaksanakan, dan sejak itu telah dilarang dan dihilangkan.
Suku Murut adalah kelompok etnis terakhir di Sabah yang meninggalkan pengayauan.
Seperti halnya dengan Iban di Sarawak, mengumpulkan kepala musuh memainkan peran yang sangat penting dalam kepercayaan spiritual Murut, selain menggunakannya untuk melindungi desa mereka dari musuh potensial.