Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menelusuri Kawah Gunung Slamet yang Sering Disangka Seperti Planet Mars

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puncak gunung Slamet

Panorama Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Prau, dan Gunung Ceremai bisa terlihat dari Puncak Ceremai.

Lubang kawah yang mengepulkan asap juga terlihat dari area Puncak Gunung Slamet.

Pemandangan matahari terbit dilihat dari leher Gunung Slamet, Jawa Tengah. Gunung Slamet merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia.(KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO)

Tak lupa kami melakukan ritual wajib khas para pendaki yaitu berfoto di puncak gunung.

Namun, kami tak berlama-lama karena perjalanan harus dilanjutkan yaitu menuju jalur Guci yang masuk di wilayah administrasi Kabupaten Tegal.

“Jalurnya turun, lalu nanti melipir di bibir kawah,” kata Wawan.

Saat mulai memasuki area sekitar kawah, kabut benar-benar pekat. Berbeda 180 derajat dengan kondisi di puncak gunung yang benar-benar cerah tanpa tertutup kabut.

Medan masih berbatu dan berpasir. Namun, kini batu-batu yang saya temui lebih besar dan berwarna lebih cerah dan kehitaman.

“Batu-batu ini dari jejak letusan Gunung Slamet,” kata Wawan.

Pendaki di puncak Gunung Slamet, Jawa Tengah dengan latar belakang kawah gunung api. Gunung Slamet merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia.(KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO)

Kami akhirnya sampai di sebuah wilayah datar dan dikeliling bukit batu yang menjulang. Saya sempat berujar ke Wawan, “Ini seperti di jalur di Kawah Papandayan dan Carstensz Papua,”

Asap terus mengepul di sekeliling saya.

Bau sulfur terasa sangat familiar.

Kami pun tak menggunakan penutup wajah dan hidung.

Kami terus berjalan agar menemukan titik pertemuan jalur turun menuju ke arah Guci.

Hal yang paling mendebarkan saat itu adalah ketika melintasi igir-igir kawah Gunung Slamet.

“Itu kawahnya masih aktif,” kata Wawan.

Halaman
1234