Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

7 Tradisi yang Dilakukan Umat Hindu di Bali Saat Hari Raya Galungan dan Kuningan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah warga memanjat tumpukan kayu yang membentuk formasi menyerupai gunung dalam Tradisi Mekotek yang digelar saat merayakan Hari Raya Kuningan di Desa Munggu Kabupaten Badung, Sabtu (15/4/2017).

Daging babi tersebut tidak dinikmati, namun juga dihaturkan kepada Tuhan karena semuanya itu ciptaan-Nya.

"Memotong babi wajib saat Penampahan kalau terkait dengan Galungan," tambah Pinandita.

3. Tradisi Ngejot

Sejumlah warga umat Hindu saat ngejot di salah satu rumah warga umat Kristen di Banjar Piling Kanginan, Desa Mengesta, Penebel, Tabanan, Selasa (29/5/2018). (Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan)

Ngejot berarti memberi atau berbagi pada orang lain.

Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai pada saat Galungan berlangsung.

Dilansir dari Tribun Bali, biasanya yang dibagikan berupa buah, jajan, maupun olahan daging saat Penampahan.

Tradisi ini bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan.

4. Tradisi Ngurek

Pemedek dalam keadaan kerauhan menghujamkan keris di dada (Bahasa Bali: Ngurek) dalam tradisi ngerebong di Pura Dalam Petilan, Kesiman, Denpasar, Bali, Minggu (2/8/2015). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Ngurek berasal dari kata 'urek' yang dalam bahasa Indonesia berarti melubangi atau menusuk.

Dalam tradisi Ngurek, biasanya akan ada beberapa orang yang berada dalam kondisi kerasukan.

Saat itu, mereka akan menggunakan senjata tajam untuk melukai diri.

Salah satu senjata tajam yang digunakan adalah keris suci yang disebut luk kesiman.

Tradisi Ngurek biasanya dilakukan saat upacara Pengerebongan di Pura Petilan, Desa Kesiman, Denpasar.

Tradisi ini dipercaya sebagai wujud pengabdian terhadap Tuhan.

5. Ngelawang Barong

Anak-anak TK di Klungkung menampilkan atraksi ngelawang di Lapangan Puputan Klungkung, Minggu (20/1/2019). (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)
Halaman
123