Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menilik Sejarah Klenteng Sam Poo Kong, Wisata Religi di Semarang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sam Poo Kong, destinasi wisata religi di kota Semarang yang dikunjungi TribunTravel dalam acara ulang tahun TRIBUNJATENG ke-6, Sabtu (13/7/2019.

TRIBUNTRAVEL.COM - Sam Poo Kong merupakan sebuah bangunan klenteng yang selain digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat China, juga menjadi wisata populer di Semarang.

Bangunan yang didominasi warna merah dan kuning khas negeri China mampu membius mata saat pertama kali datang ke Sam Poo Kong ini.

Memiliki gaya arsitektur khas China dan warna yang menarik mata, membuat Sam Poo Kong ramai dikunjungi, terutama dikalangan anak muda.

Sam Poo Kong Semarang (TRIBUNTRAVEL.COM/RATNA WIDYAWATI)

7 Soto Ayam Enak di Semarang, Cocok untuk Menu Sarapan

5 Hotel Murah Dekat Tempat Wisata Saloka Theme Park Semarang

Nama Sam Poo Kong atau dalam bahasa Mandarin San Bao Dong memiliki arti gua San Bao.

Tonton juga: 

Sam Poo Kong merupakan peninggalan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) yang terlahir dengan nama Ma San Bao.

Itulah mengapa klenteng ini dinamakan Sam Poo Kong.

Ketika kamu memasuki kawasan klenteng, kamu bisa melihat patung Laksamana Cheng Ho yang sangat besar dan berdiri dengan kokoh.

Bangunan utama Sam Poo Kong berupa goa batu yang dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya ketika mengunjungi Pulau Jawa di tahun 1400-an.

Pada 1700-an, gua asli tertutup longsor dan kemudian dibangun kembali oleh penduduk setempat sebagai penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho.

Di dalam bangunan gua, terdapat patung Laksamana Cheng Ho dengan balutan emas dan difungsikan sebagai tempat bersembahyang untuk memohon rezeki, keselamatan dan kesehatan bagi agama Buddha.

Kawasan sembahyang umat Buddha di Sam Poo Kong Semarang. (TRIBUNTRAVEL.COM / RATNA WIDYAWATI)

Selain gua batu, Sam Poo Kong juga memiliki beberapa bangunan lain di antaranya:

- Tempat Pemujaan Dewa Bumi

Di dalam satu klenteng, selain dewa tuan rumah pasti ada Dewa Bumi.

Umat Buddha biasanya berdoa kepada Tian (Tuhan/langit) lalu kepada Tei (Dewa Bumi).

Halaman
1234