TRIBUNTRAVEL.COM - Asosiasi Travel Agent (ASITA) Jawa Tengah mengungkapkan banyak sektor yang ikut terdampak akibat harga tiket yang dinilai masih mahal.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Jateng, Daryono usai Ngobrol Mewah "Mepet Sawah" pada Kamis (23/5/2019) di kantor Tribun Solo.
Daryono mengungkapkan bahwa meskipun pemerintah telah menurunkan tarif batas atas, namun hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan.
Dampak yang paling terasa terdapat pada sektor pariwisata dan bisnis.
• ASITA Jateng Keluhkan Harga Tiket Pesawat yang Masih Tinggi
Daryono menambahkan, hampir 80 persen wisatawan yang datang itu menggunakan moda transportasi pesawat terbang.
TONTON JUGA
Hal ini karena Indonesia adalah negara kepulauan, sehingga konektivitas yang paling efektif dilakukan melalui jalur udara daripada jalur laut mapun darat.
"Hampir 80 persen wisatawan itu datang lewat udara, 20 persennya lewat darat dan laut, terlebih yang untuk tujuan luar negeri, hal ini karena Indonesia negara kepulauan, jadi konektivitas paling efektif hanya melalui udara." tutur Daryono.
Tidak hanya itu, di sektor pariwisata sendiri akibat mahalnya harga tiket pesawat, banyak wisatawan yang memilih pergi ke luar negeri.
• Asita Jateng Harapkan Keputusan Pemerintah Turunkan Tarif Tiket Pesawat Bukan PHP
Hal ini karena harga tiket pesawat ke luar negeri sendiri jauh lebih murah dibandingkan tiket pesawat rute domestik itu sendiri.
Sehingga Daryono menilai bahwa wisatawan yang pergi berlibur ke luar negeri memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan dalam negeri.
"Maka yang terjadi adalah wisatawan yang ke luar negeri, pertumbuhannya lebih tinggi daripada yang ke dalam negeri"
Oleh karena itu, Daryono mengungkapkan bahwa negara perlu turun tangan dalam mengatur regulasi ini, terlebih hal ini sangat kotra-produktif dengan upaya pemerintah pusat.
Khususnya dalam program yang sedang diusahakan oleh Kementrian Pariwisata untuk menggerakkan perekonomian pariwisata dengan target 20 juta wisatawan.
Di sisi yang lain, harga tiket pesawat yang dirasa masih mahal ini jelas-jelas merugikan para pelaku sektor umkm.