Beberapa jam sebelum meninggal dunia, Schmidt ditanya apakah dirinya memerlukan bantuan medis.
Namun dia menolak.
Alasannya, dia khawatir obat akan berpengaruh terhadap efek gigitan ular.
Schmidt lebih memilih untuk mencatat secara lengkap semua efek yang dia rasakan.
Ini dia lakukan setelah sarapan.
"Tanggal 26 September, pukul 06.23 pagi. Suhu badan 98.2 (36.7 derajat Celcius). Sarapan sereal, telur, roti panggang, saus apel, dan kopi. Kencing setiap tiga jam, namun tidak ada darah. Pendarahan di mulut dan hidung, namun tidak banyak," tulis Schmidt dalam buku harian terakhirnya itu.
Kata terakhir yang dia tulis di buku hariannya adalah, "Sangat banyak."
Pada 13.30, setelah makan siang, Schmidt muntah-muntah dan menelepon istrinya.
Ketika bantuan datang, dia tidak sadar dan tubuhnya basah oleh keringat.
Seorang dokter berusaha untuk menyadarkannya namun upaya ini tak berhasil.
Schmidt akhirnya dibawa ke rumah sakit. Pada 15.00 Schmidt dinyatakan meninggal dunia karena "tak bisa bernafas".
Hasil otopsi menunjukkan dia kesulitan bernafas karena pendarahan pada paru-paru.
Disebutkan pula bahwa dia meninggal akibat pendarahan dalam di bagian mata, paru-paru, jantung, dan otak.
Ular Paling Mematikan
• Potret 10 Pemandangan Unik Turis Tiongkok, Gigi Palsu Copot Saat Selfie hingga Pawang Ular Cilik
Dua dekade setelah kematian Schmidt, sebuah eksperimen ilmiah menyimpulkan bahwa ular pohon adalah satu ular paling mematikan di Afrika.