Untuk Kiai Guntur Sari, ia mengibaratkan sari sebagai serbuk sari pada bunga.
Oleh karena itu, tersirat doa dan harapan agar budaya Jawa bisa lestari dan dikenal di seluruh Nusantara.
Keunikan sirih
Tidak hanya dimeriahkan oleh alunan gamelan, halaman Masjid Agung Surakarta juga semakin ramai oleh kedatangan para pedagang.
Mereka kebanyakan menjual makanan, minuman, dan pernak-pernik khas sekaten.
Keunikan tampak di selasar Bangsal Pradonggo karena di sana terdapat penjual sirih atau suruh dalam bahasa Jawa untuk menginang.
Ini merupakan tradisi sejak zaman dahulu karena kegemaran masyarakat saat itu, terutama abdi dalem putri yang gemar menginang.
• Simak Rute dan Tarif Parkir di Area Pasar Malam Sekaten di Alun-Alun Utara Yogyakarta
Menurut salah satu abdi dalem bernama Rasidi, suruh memiliki makna kudu weruh (harus tahu) atau kesusu pingin weruh (ingin segera tahu).
Makna itu mencerminkan kecintaan abdi dalem terhadap Keraton Surakarta.
“Hati jika tidak ke keraton lama, maka merasa harus pergi ke keraton karena hubungan hati ke hati itu sudah lengket,” ujar Rasidi.
• Promo Penginapan Murah Liburan Natal dan Akhir Tahun dengan Diskon Hingga 45%
• Selain Pulau Phi-phi, Ini 7 Destinasi Alam yang cantik dan Indah di Thailand
• Jangan Sampai Salah Kostum, Panduan Fashion Pria yang Bisa Dipakai Selama Penerbangan
• 5 Cara Diet Paling Ekstrim yang Populer di Dunia, Konsumsi Bola Kapas Hingga Makan dari Selang
• 5 Aturan Aneh yang Harus Diketahui Sebelum Berlibur ke Spanyol: Jangan Pakai Sandal Saat Mengemudi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melihat Uniknya Prosesi Pemindahan Gamelan Sekaten Keraton Surakarta".