Untuk menghentikan laju menurunnya tanah, Jakarta perlu memasok air minum ke semua rumah.
Ini tentu bukanlah tantangan yang kecil.
Sebagaimana dicatat oleh artikel Times, ada pertanyaan besar apakah masalah ini dapat dipecahkan, mengingat sejarah korupsi, besar wilayah, kepadatan kota, dan sungai-sungai yang melewati Jakarta.
Sejumlah pemerintahan baru memang telah mencoba beberapa proyek rekayasa besar dan menyiratkan optimisme terhadap permasalahan yang dihadapi Jakarta.
Beberapa orang berpikir, ibu kota Indonesia memang harus benar-benar dipindahkan.
Jika Jakarta memang mengalami banjir mendadak karena tanggul yang jebol atau badai dan curah hujan ekstrem, jumlah korban jiwa bisa mencapai ratusan ribu.
Bisa dibilang, kita semakin kehabisan waktu untuk berpacu dengan permasalahan yang dihadapi Jakarta.
Satu abad yang lalu Tokyo memiliki situasi yang sama.
Bahkan, karena pemompaan air tanah, tingkat tenggelamnya tanah Tokyo lebih tinggi daripada apa yang dialami Jakarta sekarang.
Setelah perang dunia II, Tokyo pun memulai program agresif untuk mengurangi sumur air dan benar-benar kembali menyuntikkan air ke dalam tanah.
Upaya ini sukses luar biasa, sampai-sampai Tokyo sekarang tidak mengalami penurunan tanah sama sekali.
Ini bisa jadi contoh yang baik untuk Jakarta.
Berikut adalah daftar kota besar di dunia yang mengalami laju kenaikan permukaan air laut yang luar biasa yang sebagian besarnya diakibatkan penurunan tanah (subsidensi).
1. Jakarta, Indonesia
2. Manila, Filipina
3. Kota Ho Chi Minh (Saigon), Vietnam
4. New Orleans, Louisiana, AS
5. Bangkok, Thailand
6. Osaka, Jepang
7. Dhaka, Bangladesh
8. Shanghai, China
9. Venesia, Italia
10. Alexandria, Mesir
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)