Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl itu dipercaya sebagian masyarakat Jawa sebagai tempat suci yang sakra dan punya daya magis yang tinggi.
Sehingga dipandang sebagai tempat yang tepat untuk merenung, berdiam diri, beritikaf dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta bagi siapapun yang mempercayainya.
7. Barik'an - Pati, Jawa Tengah
Tradisi Barik'an masih dilestarikan dan dilakukan oleh masyarakat Pati untuk sambut Tahun Baru Islam.
Tradisi Barik'an adalah acara kenduri bersama.
Biasanya masyarakat membawa dan mengumpulkan nasi serta lauk-pauk dari rumah masing-masing.
Setelah dikumpulkan, nasi dan lauk-pauk kemudian didoakan.
Setelah memanjatkan doa, masyarakat langsung menggelar makan bersama.
Pada ritual tersebut terjadi saling tukar-menukar lauk yang mereka bawa.
Ritual Barik'an menjadi cara masyarakat untuk meningkatkan kerukunan antar warga desa.
8. Ngadulang - Sukabumi, Jawa Barat
Ngadulang adalah tradisi lomba seni menabuh beduk yang diikuti oleh warga dari berbagai kecamatan di Sukabumi untuk sambut Tahun Baru Islam.
Dalam lomba ngadulag, satu tim minimal terdiri dari tiga pemain, pertama orang yang berperan sebagai pemukul beduk, kemudian pemukul kohkol (kentungan), dan pemukul alat tambahan lainnya.
Para peserta lomba akan berusaha menampilkan irama yang unik agar bisa menjadi pemenang.
9. Borong perabot rumah - Makassar
Tradisi perayaan Tahun Baru Islam di Makassar ternyata sangat unik dibanding tradisi di daerah lain.
Pada tanggal 1 Muharram, para ibu di Makassar akan berbelanja besar-besaran untuk memborong perabot rumah.
Namun, jenis barang yang mereka beli hanya satu.
Karenanya, tidak heran apabila para ibu di Makassar akan memiliki banyak persediaan perabot rumah tangga setelah bulan Muharram.
10. Wahyu Kliyu - Karanganyar, Jawa Tengah
Wahyu kliyu adalah upacara adat selamatan berupa sedekah apem dan digelar masyarakat Dusun Kendhal, Desa Jatipuro, Karanganyar.
Tradisi turun temurun ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan Muharam (Sura) tepatnya pada malam bulan purnama tanggal 15 Suro.
Yang menarik pada pelaksanaan upacara Wahyu kliyu, tidak ada nasi tumpeng beserta lauk pauk seperti lazimnya pada acara selamatan.
Nasi tumpeng diganti dengan “apem” yaitu semacam kue yang dibuat dari bahan tepung beras.
Apem yang berbentuk bulat tersebut mengandung makna sebagai lambang pengayoman, peneduh dan penyejuk.
Tiap rumah menyajikan apem sejumlah 344 buah.
Setelah selesai rangkaian acara doa, apem dibagi lagi kepada seluruh warga.