Letusan itu telah memakan korban jiwa sebanyak 153 orang dan menjadi bencana alam terbesar Selandia Baru.
Selama bertahun-tahun setelah letusan, rumah-rumah orang Maori yang disebut Hinemihi ditemukan mengeras.
Namun bangunan yang ditemukan ini, pada akhirnya dijual ke Gubernur Jenderal Selandia Baru dan dikirim ke Inggris untuk ditempatkan di Taman Clandon, Surrey.
Usai bencana, tata ruang Desa Te Wairoa mulai dibangun lagi pada 1906.
Situs itu kemudian dikembangkan oleh Keluarga Smith untuk dijadikan obyek wisata.
Pada 1999, sebuah museum pun ditambahkan yang dapat mengungkap bagaimana budaya Maori dan Eropa terintegrasi selama fase perkembangan sosial Selandia Baru ini.
Artikel ini telah tayang di intisari.grid.com dengan judul Inilah Te Wairoa: Sebuah Desa Unik yang Terkubur di Bawah Abu Vulkanik