Tsunami adalah yang paling umum, terutama ketika episentrum gempa terletak di dasar lautan, dan gelombang besar ini sering membunuh jauh lebih banyak daripada gempa itu sendiri.
• 5 Penginapan Murah Rp 100 Ribuan di Jakarta yang Bisa Disinggahi Usai Menyaksikan Asian Games 2018
3. Bagaimana mengukur kekuatan gempa?
Charles F. Richter mengembangkan skala Richter pada 1935 sebagai perangkat matematika untuk membandingkan ukuran gempa bumi.
Besarnya gempa bumi dicatat oleh seismograf.
Ketika gempa bumi dimulai, pangkal seismograf bergetar tetapi berat yang menggantung tidak.
Pegas menyerap semua gerakan.
Perbedaan posisi antara bagian gemetar dari seismograf dan bagian yang tidak bergerak adalah apa yang dicatat, menurut US Geological Survey .
• Tak Cuma Sekadar Camilan, Popcorn Ternyata Mampu Redam Keinginan Buang Air Kecil Saat Nonton
4. Bagaimana menemukan episentrumnya
Seismolog melacak pusat gempa, atau titik di permukaan Bumi tepat di atas titik asal gempa, dengan mengumpulkan data seismik dari tiga lokasi yang berbeda.
Mereka melacak waktu gelombang seismik tiba di setiap lokasi, dan dari sana, menghitung kecepatan perjalanan gelombang.
Dari sana, mereka dapat menentukan jarak masing-masing titik dari episentrum dan menggambar lingkaran di sekitar setiap titik di peta, masing-masing dengan radius yang setara dengan jarak.
Titik di mana ketiga lingkaran berpotongan adalah lokasi episentrum.
• Sempat Digandrungi dan Populer di Kalangan Remaja, Begini Nasib Terakhir Ponsel Sony Ericsson
5. Yang terbesar yang pernah ada
Gempa terbesar dalam sejarah yang tercatat melanda Chili pada 1977.
Guncangannya diukur 9,5 pada skala Richter.
• Deborah Herold, Atlet Balap Sepeda Asian Games 2018 Asal India yang Selamat dari Terjangan Tsunami