Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ditakuti Pendaki, Inilah Fakta di Balik Angkernya Pasar Bubrah Gunung Merapi Menurut Sains

Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Batas aman pendakian di Pasar Bubrah, Gunung Merapi, Oktober 2017.

Pasar Bubrah merupakan kawasan yang berada paling dekat dengan puncak sekaligus batas pendakian Gunung Merapi.

Di sini, biasanya pendaki mendirikan tenda karena tanahnya cukup datar, meski angin yang bertiup cukup kencang dan berbatu.

Sabagai gunung aktif, Pasar Bubrah adalah pos sekaligus tempat terakhir untuk para pendaki.

Hal ini terjadi usai sebuah insiden menewaskan seorang pendaki bernama Eri jatuh ke kawah Merapi di puncak Garuda, pada 2015 silam.

Untuk itulah para pendaki diharapkan berhenti di Pasar Bubrah mengingat kondisi puncak gunung yang bisa mengancam nyawa sewaktu-waktu.

Berbicara mengenai Pasar Bubrah tempat ini adalah satu tempat yang di Gunung Merapi yang disebut jauh dari kesan subur.

Disebut demikian karena tempat ini adalah satu-satunya sisa dari letusan gunung merapi di mana kontur tanahnya dipenuhi dengan batuan vulkanik.

Pada lokasi tersebut banyak batu-batuan besar yang merupakan sisa-sisa letusan Gunung Merapi.

Menurut sebuah penelitain menyebutkan Merapi Baru terbentuk 2.000 tahun lalu hingga sekarang, ditandai dengan pembentukan kerucut Merapi di dalam kawah Pasar Bubrah.

Selama periode Merapi baru, terjadi beberapa kali letusan eksplosif.

Letusan besar Merapi diperkirakan pernah menutup Candi Sambisari di Kalasan, Yogyakarta, berjarak sekitar 23 kilometer dari puncak gunung, seperti dikutip dari Kompas.com.

Letusan Merapi bertipe plinian, dengan ciri tekanan gas sangat kuat karena pengaruh jenis magma yang kental dan bersifat asam, membentuk kolom letusan vertikal dengan ketinggian bisa mencapai 25 kilometer.

Selain itu sisa-sisa dari letusan tersebut juga menimbulkan bau menyengat belerang dari tanah di sekitaran Pasar Bubrah.

Tipe letusannya tetap luncuran awan panas, tetapi kecepatan proses dan intensitasnya sedemikian besar.

Awan panas atau disebut pyroclastic flow adalah aliran gas dari dalam perut gunung api yang membawa material batu, kerikil, pasir, dan debu, yang kini ada di Pasar Bubrah.

Kecepatan aliran tersebut bisa mencapai 100 km per jam, tergantung tekanan yang keluar dari dalam.

Artikel ini telah tayang di intisari.grid.id dengan judul Terkenal sebagai Pasar Setan, Begini Kebenaran Pasar Bubrah Gunung Merapi di Mata Sains