Sebelum mereka melakukan mumifikasi, ada langkah-langkah yang harus dipenuhi.
Pertama, setiap pemuja mengikuti diet mentah , mempersiapkan tubuh untuk menjalankan ritual.
Ritual diet ini berlangsung selama seribu hari.
Tujuannya untuk mengeringkan tubuh dan menghilangkan semua bakteri dan belatung akan memakan tubuh mereka ketika sudah meninggal.
Para biksu Buddha tidak melihat proses ini sebagai sesuatu yang mirip bunuh diri, tetapi mereka melihatnya sebagai jalan menuju pencerahan tertinggi.
Selama diet ketat itu, biksu hanya diizinkan mengkonsumsi air, buah, kacang, dan biji-bijian yang dikumpulkan dari hutan atau gunung.
Pilihan makanan mentah seperti itu membantu tubuh kehilangan massa dan otot.
Pada fase persiapan berikutnya, mereka melanjutkan dengan mengkonsumsi hal-hal seperti akar dan kulit kayu dari pohon pinus.
Teh yang terbuat dari urushi, getah beracun dari pohon pernis, juga dikonsumsi.
Teh terutama membantu membersihkan organ-organ internal tubuh dari setiap parasit, untuk mencegah disintegrasi mayat saat waktu mendekat.
Ketika proses persiapan selesai, para biksu menempatkan diri mereka yang masih hidup di dalam lubang makam.
Lubang hanya memiliki cukup ruang untuk menempatkan mereka dalam posisi lotus.
Di kuburan, biarawan itu memiliki tabung yang memungkinkan mereka untuk bernapas, ditambah bel yang mereka bunyikan setiap hari untuk memberitahukan kuil jika mereka masih belum mati.
Begitu lonceng berhenti, diasumsikan jika mereka telah tiada.
Orang-orang akan membuka makam, mengeluarkan tabung udara, dan menutup makam itu selama seribu hari kedepan.