Di negara asalnya, terdapat sebuah kebiasaan untuk menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru dengan harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan.
Nilai filosofis kue keranjang dilihat dari beberapa hal.
Yakni, bentuk, bahan, dan rasa.
Dari bahannya, kue keranjang dibuat dari tepung ketan yang punya sifat lengket.
Hal ini punya makna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu.
Dari rasa, rasa manis dari gula dan legit melambangkan suka cita, menikmati keberkatan, kegembiraan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.
Dari bentuknya yang bundar tanpa sudut melambangkan pesan kekeluargaan, tanpa melihat ada yang lebih penting dibandingkan lainnya dan akan selalu bersama tanpa batas akhir.
Tekstur kue yang kenyal pun memiliki makna tersendiri.
Kekenyalan yang terasa merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan perasaan pantang menyerah untuk meraih tujuan hidup.
Sementara proses pembuatan kue keranjang yang terbilang lama, mencapai 11 hingga 12 jam juga memiliki makna yang dalam.
Yakni, pengerjaan yang lama itu menuntut kesabaran, keteguhan hati, serta cita-cita untuk mendapatkan hasil maksimal.
Usaha yang keras untuk membuatnya pun harus dilakukan dengan pikiran bersih dan jernih, penuh kesopanan, serta konsentrasi tinggi sambil membebaskan hati dari prasangka buruk.
Sehingga kue keranjang yang dihasilkan punya bentuk, rasa, dan tekstur sempurna.
Yuk subscribe YouTube Channel TribunTravel.com