Biasanya, Nian akan keluar dari gua untuk berburu hewan ketika merasa lapar.
Pada musim dingin, hewan-hewan banyak yang berhibernasi dan membuat Nian ini turun ke desa-desa dan mencari korban.
Banyak masyarakat desa hidup ketakutan terhadap kebiasaan naga Nian ini selama beberapa waktu.
Sampai akhirnya ada seorang warga desa yang bernama 'Gao' yang cerdik.
Ia membuat kue sederhana yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula untuk disajikan kepada Nian.
Ketika turun untuk mencari mangsa, Nian memakan kue keranjang yang diletakkan di depan pintu, sehingga tidak lagi mencari manusia untuk dijadikan sebagai santapan.
Setelah kenyang, Nian pun kembali ke gunung.
Tentu, warga desa senang karena ancaman Nian sudah berakhir.
Sejak saat itu, penduduk desa membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia.
Dan untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian memburu manusia dan menemukan kue ini, para penduduk desa menamakan kue ini sebagai "Nian Gao."
Kue keranjang bermakna sebagai penutup hal-hal buruk pada saat imlek berlangsung.
Selain itu, penganan ini melambangkan sebuah keyakinan agar selalu mendapat kebaikan di hari-hari selanjutnya.
Pada awalnya, kue keranjang diyakini sebagai suguhan kepada Dewa Tungku agar membawa laporan menyenangkan kepada Raja Surga, Yu Huang Da Di.
Kue keranjang digunakan pada upacara sembahyang leluhur, enam hari menjelang Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan puncak malam menjelang tahun baru.
Kue ini biasanya juga tidak dimakan makan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek.