Sri Ngestiwati mendapatkan tomat dari pemasok di kawasan Bandungan.
Ia mengungkapkan, ia bisa mendapat hingga dua ton tomat dalam sekali pasok.
Meski jumlah tomat yang banyak, dirinya juga mengungkapkan bahwa hasil perbandingan penyusutannya juga tinggi.
“Satu kilo torakur itu hasil dari lima kilogram tomat dan satu kilogram gula. Jadi penyusutannya juga tinggi,” tutur Wanita berusia 55 tahun ini.
Dahulu saat masih merintis usahanya di awal, ia masih menggunakan varitas tomat tertentu untuk produksi Tomakur.
Kini seiring serangkaian hasil riset dan percobaan, ia sudah bisa menggunakan tomat varitas apapun untuk diproduksi sebagai torakur.
Ketika tomat sedang tidak panen, harga-harga tomat melambung cukup tinggi.
Hal ini ia atasi dengan cara menyimpan tomat-tomat terlebih dahulu.
Tomat dibuat hingga setengah jadi baru disimpan.
“Setengah jadi merupakan proses tomat hingga penjemuran yang pertama, belum sampai ke pembentukan. Tomat itu setelah dijemur bisa tahan hingga enam bulanan. Jadi berapapun harga tomat di pasaran, harga torakur tetap stabil,” tutup Sri Ngestiwati. (Magang Tribun Jateng/Maulana Ramadhan)