TRIBUNTRAVEL.COM - Di balik gantungan kunci warna-warni dan dekorasi dinding berbahan tali, ada cerita inspiratif dari Margaretha Tri Ariningsih atau yang akrab disapa Tria.
Perempuan yang dulunya bekerja di Denpasar ini memutuskan untuk pulang kampung ke Solo, Jawa Tengah pada akhir 2022 demi merawat sang ayah yang sakit.
Baca juga: Itinerary Kepulauan Seribu 2 Hari 1 Malam Bujet Rp 540 Ribuan, Cocok untuk Solo Traveler

Baca juga: Itinerary Kuliner Jaksel Sehari Penuh Bujet Rp 380 Ribuan, Cocok untuk Solo Traveler
Siapa sangka, dari keputusan itulah lahir usaha kreatif yang kini dikenal dengan nama Simbokhore.
“Saya pulang karena bapak sakit. Ya, mau nggak mau, aku harus pulang ke Solo,” kata Tria dalam sebuah wawancara bersama Cenderaloka.
Baca juga: UMKM Solo Bien Craft: Kisah Liem Lie Bien, Ibu Rumah Tangga Pembuat Mainan Edukatif dari Kayu
Baca juga: Dari Rumah Sederhana di Solo, Bien Craft Tumbuh Jadi Usaha Kerajinan yang Konsisten 15 Tahun
Awalnya, ia menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Namun, rasa bosan dan keinginan untuk tetap produktif mendorongnya untuk mencari kegiatan baru.
Sebuah workshop membuat rainbow keychain memperkenalkannya pada dunia kerajinan makrame.
Ketertarikannya berkembang pesat setelah ia mulai belajar dari berbagai sumber, termasuk video-video tutorial di YouTube.
Dari gantungan kunci hingga wall-hanging, tangan Tria mulai akrab dengan simpul-simpul benang makrame.
Namun, saat itu, Tria belum terpikir untuk menjual hasil karyanya.
Baca juga: TLENIK Arts: UMKM Lurik Khas Solo Karya Ary Ardianna yang Angkat Budaya Wastra Indonesia
Titik Balik dari Komunitas Kreatif Solo
Perjalanan Tria berubah saat ia bergabung dalam workshop yang digelar di Omah Kreatif dan Omah Sehela, Laweyan, Solo.
Di sanalah ia mengenal komunitas seni lokal dan ikut serta dalam berbagai bazar seperti Solo is Solo dan Solo Art Market.
“Mulainya berarti mulai 2022. Tapi aku aktifnya 2023,” ungkap Tria.
Sebelum usahanya berjalan, ia sudah mendaftarkan Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai bentuk keseriusannya.
Tak hanya itu, nama Simbokhore pun dipilih dengan penuh makna—berasal dari istilah Jawa yang berarti ibu yang berbahagia.
Harapannya, meski meninggalkan dunia kerja kantoran, ia tetap bisa merasa bahagia dan produktif bersama keluarganya.

Dari Iseng Jadi Bisnis Serius
Tria mulai menerima pesanan makrame lewat Instagram, terutama dari pelanggan yang sudah pernah membeli dan melakukan repeat order.
Tak hanya dari Solo, pelanggannya kini datang dari berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Lampung, Makassar, hingga Sulawesi.
Salah satu momen yang paling membekas bagi Tria adalah ketika makramenya dibeli oleh turis asing.
“Senang aja diapresiasi. Bahkan dibeli oleh bule,” ucapnya gembira.
Tria mengira produknya hanya biasa saja, namun ternyata justru banyak orang yang menyukainya.
Testimoni dari pelanggan lokal hingga internasional menjadi bukti bahwa kreativitas tak mengenal batas.
Mengikuti Tren dan Pasar Milenial
Di tengah cepatnya perubahan tren, Tria sadar bahwa bisnis kreatif harus adaptif.
Ia terus memantau selera pasar, terutama dari kalangan anak muda yang selalu mengikuti tren terbaru.
“Kita harus update terus. Seperti sekarang, anak muda sukanya FOMO ganci (gantungan kunci), jadi sekarang bikin gantungan kunci baru dengan pernak-pernik hits,” jelasnya.
Strategi ini terbukti efektif.
Produk Simbokhore tetap relevan dan selalu diminati karena Tria tidak ragu bereksperimen dengan model dan desain baru.
Ia memastikan bahwa karyanya bisa menyesuaikan selera pasar tanpa kehilangan ciri khasnya.

Nilai dan Visi Simbokhore
Bermula dari hobi, kini makrame telah menjadi sumber penghasilan utama bagi Tria.
Simbokhore tak sekadar menjual produk, tapi juga membawa pesan tentang kemandirian, kebahagiaan, dan kreativitas perempuan.
Melalui usahanya, Tria membuktikan bahwa keputusan sederhana seperti kembali ke kampung halaman bisa menjadi titik balik menuju perubahan besar.
Dukungan komunitas, kemauan belajar, dan semangat beradaptasi menjadi kunci keberhasilannya.
Kini, Simbokhore menjadi bagian dari ekosistem kreatif Solo yang semakin tumbuh.
Produk-produknya bisa ditemukan di berbagai pop-up market seperti di sepanjang Jalan Gatot Subroto, Solo, setiap akhir pekan.
Simbokhore, Inspirasi untuk Siapa Saja
Kisah Tria membuktikan bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan halangan untuk berkarya dan mandiri.
Bahkan dari kegiatan iseng, jika ditekuni dengan konsisten dan semangat belajar, bisa menjadi ladang rezeki sekaligus sarana aktualisasi diri.
Jika kamu tertarik memulai usaha kreatif, kisah Tria bisa menjadi contoh nyata bahwa semua bisa dimulai dari hal kecil.
Siapa tahu, hobi sederhana yang kamu punya bisa menjadi bisnis menjanjikan di masa depan.
Ingin lihat langsung karya Tria?
Kunjungi akun Instagram @simbokhore atau datang langsung ke bazar kreatif di Solo.
Siapa tahu, kamu juga jadi tertarik belajar makrame dan membuka jalan untuk usaha kreatifmu sendiri.
(Cynthiap/Tribunshopping.com) ( Ambar/TribunTravel)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.