TRIBUNTRAVEL.COM - Ingin tampil beda dengan gaya fashion yang alami dan tetap stylish?
Alodie Collection, brand lokal asal Wonogiri, hadir dengan sentuhan khas melalui fesyen ecoprint yang unik dan penuh karakter.
Setiap produk dibuat dengan teknik pewarnaan alami dari daun hingga ranting asli, menjadikannya ramah lingkungan dan tidak pasaran.
Tren ecoprint memang semakin populer di kalangan pencinta fashion slow fashion dan pencinta alam.
Baca juga: Dari Lokal ke Global! Suryoart Craft Tembus Pasar Dunia Lewat Karya Budaya Asli
Alodie Collection memanfaatkan kekayaan hayati lokal Wonogiri untuk menghasilkan motif yang natural, artistik, dan memiliki keunikan tersendiri.

Kain-kain hasil ecoprint ini kemudian diolah menjadi berbagai busana ready-to-wear seperti long outer dan berbagai fesyen lain yang cocok dipadupadankan untuk gaya OOTD sehari-hari.
Proses produksinya pun menggunakan bahan alami, minim limbah, dan mendukung gerakan fesyen berkelanjutan.
Baca juga: Oleh-oleh Solo Bernuansa Lokal: Baju & Tas Aksara Jawa yang Penuh Makna
Awal Mula Ecoprint sebagai Ekspresi Diri Seorang Dewi
Ecoprint unik dari Wonogiri ini digagas oleh Dewi Chatur Rahayu, perempuan asal Wonogiri, Jawa Tengah.
Awal cerita Alodie Collection bermula ketika Dewi mulai bereksperimen dengan daun-daun sekitar rumahnya.
Di lingkungan perkampungan, ia menceritakan bahwa sekitarnya dipenuhi dengan beragam jenis daun seperti daun jambu mete menjadi sumber inspirasinya.
"Saya suka batik, tapi justru nggak suka memakainya," ujar Dewi menceritakan bagaimana awal pertemuannya dengan eksperimen ecoprint, saat diwawancarai Cenderaloka, Senin (19/05/2025).
Menurutnya, ecoprint menjadi sebuah karya yang lebih personal buatnya.
"Ecoprint terasa lebih personal. Warnanya hidup, hasilnya tak terduga, dan tiap karya selalu beda," ujar Dewi dengan antusias.
Baca juga: Madu Al Ghozi, Oleh-oleh dari Bandar Lampung Mulai Rp 35 Ribu Aja
Ketertarikannya pada teknik ecoprint pun makin mendalam setelah mengikuti workshop privat di Yogyakarta yang difasilitasi mahasiswa UGM.

Pengetahuan yang didapat membuat Dewi makin yakin untuk terus mengembangkan kemampuannya dan serius membangun usaha ecoprint.
Dan terbukti, kini ecoprint justru menjadi usahanya.
Dari rumahnya yang berada di Wonogiri, Dewi memanfaatkan kekayaan alam sekitar, terutama daun jambu mete yang menjadi ciri khas produk-produk Alodie.
"Awalnya cuma coba-coba pakai daun sekitar rumah. Ternyata hasilnya cantik, dan saya jadi tertarik belajar lebih dalam," cerita Dewi kepada Cenderaloka.
Baca juga: Oleh-oleh Murah di Air Terjun Jumog Karanganyar, Harga Mulai Rp 10 Ribu
Karakter Abstrak yang Jadi Ciri Khas
Berbeda dengan kebanyakan ecoprint yang cenderung mempertahankan bentuk daun secara jelas dan natural, Dewi memilih gaya abstrak.
Motif yang diciptakan di Alodie Collection ini cenderung lembut, warna yang muncul tidak tegas, bahkan terkadang terlihat ‘remek’.
Namun justru hal ini yang menjadi keunikan dan daya tarik karya-karyanya.
"Orang bilang motif saya itu kayak ada remekannya. Nggak terlalu tegas, tapi justru itu yang bikin estetik," tutur Dewi.
"Malah kalau saya coba bikin yang terlalu jelas bentuknya, banyak yang nggak suka," jelasnya sambil tertawa.
Baca juga: Niki Enak: Oleh-oleh Khas Kalimantan Barat, Sukses Ekspor ke Amerika Serikat
Tak heran jika pendekatan ini menjadi identitas kuat Alodie Collection, sehingga produk-produk Dewi mudah dikenali hanya dari pola dan warna yang khas.
Proses Pembuatan yang Menuntut Kesabaran dan Ketelitian
Ecoprint bukan sekadar mencetak daun ke kain.

Dewi menceritakan bahwa ada banyak tahapan yang harus dijalani dengan penuh ketelitian.
Pertama, kain harus dibersihkan dari residu pabrik melalui proses scouring.
Selanjutnya dilakukan mordan, yaitu membuka pori-pori kain agar warna alami dari daun bisa meresap dengan baik.
Daun kemudian disusun rapi di atas kain sebelum dikukus selama dua jam dalam proses steaming.
Dilanjutkan setelah dikukus, kain dioksidasi secara alami dengan cara dijemur di tempat teduh agar warna berkembang secara maksimal.
Setelah itu, kain diberi fiksator, dicuci, dan dijemur ulang.
Dalam prosesnya, menurut Dewi mengungkapkan, proses ini sangat dipengaruhi oleh kondisi mental dan fisik pembuatnya.
"Kalau nggak fokus, hasilnya bisa ‘ambyar’ alias gagal. Tapi lucunya, kadang produk yang saya anggap gagal itu malah paling laku," cerita Dewi.
Ecoprint sebagai Wastra dan Ekspresi Budaya
Menurut Dewi, ecoprint bukan batik, melainkan teknik cetak alami yang berbeda.
Ia menekankan pentingnya edukasi agar masyarakat tidak salah kaprah dalam membedakan wastra tradisional Indonesia.
"Kalau dicampur dengan batik, namanya jadi ekotik. Tapi ecoprint itu bagian dari wastra nusantara yang bisa berdampingan dengan batik, tenun, atau lurik," jelasnya.
Dengan begitu, ecoprint tak hanya menjadi kerajinan, tapi juga bagian dari pelestarian budaya dan tradisi lokal.
Pesan untuk Generasi Muda
Sebagai penutup, Dewi memberikan pesan motivasi bagi generasi muda untuk berani berkreasi.
Ia berharap, generasi muda dapat menyalurkan kreativitasnya agar bisa mandiri menciptakan usaha.
"Silakan berkarya tanpa batas. Ciptakan ide-ide baru, biar jadi pemuda yang mandiri dan kreatif," ujarnya penuh semangat.
Tak hanya itu, harapan Dewi ia ingin karya seni lokal terus berkembang dan dikenal luas, tanpa kehilangan akar budaya dan kearifan lokal.
Dengan kerja keras dan inovasi, Dewi juga memiliki berharap produk kerajinan lokal tidak hanya menjadi alternatif.
Dewi berharap produk kerajinan lokal nantinya menjadi usaha dan juga pilihan utama masyarakat.
Ini karena banyaknya pilihan produk kerajinan yang bisa dikembangkan oleh banyak orang.
“Saya ingin orang desa bangga pakai produk kita sendiri," ujar Dewi.
"Kita punya karya yang keren, tinggal bagaimana kita angkat bersama-sama,” tutupnya.
Melalui Alodie Collection yang dibangunnya dari nol, Dewi membuktikan bahwa peluang dan kemajuan ekonomi bisa datang dari tangan-tangan kreatif yang memanfaatkan kekayaan alam dan budaya lokal.
(Cynthiap/Tribunshopping.com) (TribunTravel/nurulintaniar)
Artikel ini telah tayang di Tribunshopping.com dengan judul Alodie Collection – Menguatkan Ekonomi Kreatif Lokal Lewat Ecoprint Khas Wonogiri
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.