Breaking News:

Bikin Pengendara Merasa Aman, Ini Kisah Inspiratif Penjaga Perlintasan Kereta Api di Prambanan

Kisah Dian Tri Pranoto (21) yang menjaga perlintasan sebidang tanpa palang di Jalan Jaladara, Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Dok. PT KAI
Ilustrasi perlintasan kereta api sebidang. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah kisah inspiratif datang dari penjaga perlintasan kereta api sebidang di Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Penjaga perlintasan tersebut bernama Dian Tri Pranoto yang berusia 21 tahun.

Dian Tri Pranoto (21) saat menjaga perlintasan sebidang tanpa palang di Jalan Jaladara, Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Rabu (24/1/2024). Pada 14 Januari 2024, perlintasan itu menjadi saksi maut mobil menemper KA Gaya Baru Malam Selatan dan dua orang tewas.
Dian Tri Pranoto (21) saat menjaga perlintasan sebidang tanpa palang di Jalan Jaladara, Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Rabu (24/1/2024). Pada 14 Januari 2024, perlintasan itu menjadi saksi maut mobil menemper KA Gaya Baru Malam Selatan dan dua orang tewas. (TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah)

Cuaca yang tak menentu tak menjadi penghalang bagi Dian untuk melaksanakan tugasnya.

Berbekal handy talkie, Dian dngan sigap berdiri untuk menjaga perlintasan sebidang itu.

Baca juga: Viral Kisah Angsa yang Kehilangan Pasangan, Rutin Menatap Cermin Jendela Sepanjang Hari

Handy talkie menjadi alat bagi Dian untuk mengetahui kedatangan kereta.

Ketika aba-aba muncul melalui handy talkie, Dian segera bersiap untuk melancarkan laju kereta yang melintas.

Tugas Dian memang terbilang sangat sederhana.

Akan tetapi, tugasnya juga terbilang vital lantaran betanggung jawab atas keselamatan kereta maupun warga yang melintas.

“Kabarinnya lewat handy-talkie ini. Kami dapat aba-aba dari stasiun. Sebelah sana kan Stasiun Brambanan,” ujar Dian kepada Tribun Jogja sambil menunjuk ke arah barat, di sela-sela pekerjaannya, Rabu (24/1/2024).

Baca juga: Viral Kisah Mantan Napi yang Bebas Usai 44 Tahun di Penjara, Merasa Seperti Time Traveler

Dalam satu shift, Dian tidak sendiri.

2 dari 4 halaman

Warga asli Desa Taji itu ditemani satu orang lagi untuk menjaga perlintasan sebidang tersebut.

Keduanya menjaga sisi-sisi kereta agar para pengendara bisa mengetahui adanya kereta lewat dan berhenti sejenak.

Dian Tri Pranoto (21) untuk tetap menjaga perlintasan sebidang tanpa palang di daerah Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Dian Tri Pranoto (21) untuk tetap menjaga perlintasan sebidang tanpa palang di daerah Desa Taji, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. (TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah)

“Kalau tidak ada aba-aba, kami juga punya jadwal kereta yang lewat. Ini,” jelasnya memperlihatkan deretan kereta yang akan lewat dalam satu hari.

Saat Tribunjogja.com, berkunjung sekitar pukul 14:44 WIB, setidaknya ada tiga kereta api (KA) yang melintas, yakni KA Bengawan, KRL Jogja-Solo dan KA Sancaka.

Para pengendara roda dua dan empat pun menyempatkan berhenti sejenak setelah Dian dan satu rekannya memberikan aba-aba untuk setop.

“Soalnya, kalau dari arah utara (masuk dari Jalan Jaladara), orang sering gak lihat ada kereta jalan karena ketutupan pepohonan. Makanya, saya kira perlu ada penjaga dan palangnya biar lebih aman,” tambah Dian.

Baca juga: 3 Kisah Korban Selamat Tenggelamnya Kapal Titanic, Perpisahan Tragis Louis & Lola dengan Sang Ayah

Tiga Hari Bekerja

Dian baru tiga hari bekerja sebagai penjaga perlintasan sebidang tak berpalang.

Ia menjaga mulai hari Senin (22/1/2024).

“Saya belum punya pekerjaan dan tahu ada kerja seperti ini dari perangkat desa setempat. Saya bersedia. Ini juga buat keselamatan kami semua. Jalur di sini ramai,” terangnya.

Dian Tri Pranoto (21) saat menjaga perlintasan sebidang tanpa palang.
Dian Tri Pranoto (21) saat menjaga perlintasan sebidang tanpa palang. (TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah)
3 dari 4 halaman

Selama 12 jam kerja mulai 08:00-20:00 WIB, Dian siap untuk menghentikan pengendara roda dua maupun roda empat agar tidak melaju sesaat sebelum kereta datang.

Dalam pengamatannya, pengendara akan ramai melewati perlintasan sebidang itu di pagi hari maupun sore hari.

“Ramainya ini kalau jam anak sekolah. Ke arah sana (Selatan) itu kan ada sekolah. Jam pulang kerja juga ramai. Perlintasan sebidang ini tidak mungkin ditutup karena jalur alternatif menuju Wonosari dan Piyungan,” ucapnya.

Baca juga: Viral Kisah Penumpang Kesal & Terbangkan Pesawat sebab Pilot Terlambat, Ternyata Sudah Dapat Izin

Tetap Jaga Meski Hujan Tak Reda

Hujan reda yang melanda daerah Klaten dan sekitarnya beberapa hari belakangan juga tidak menyurutkan niat Dian untuk tetap berjaga di perlintasan sebidang itu.

Dia menyiapkan payung, juga jas hujan agar tidak terbasahi air hujan yang turun.

“Bisa juga, kami jaga dari tenda ini. Kami berhentikan pengendara dari sini (bagian utara) dan yang sana (bagian selatan), kami aba-aba dengan tangan agar berhenti,” tutur Dian.

Sebagai penjaga dan juga warga setempat, Dian merasa aman dengan adanya penjagaan seperti itu.

Sebab, bagaimanapun, perlintasan sebidang di Desa Taji kini memiliki pengamanan ekstra, bukan hanya rambu-rambu maupun polisi tidur saja.

“Saya dengar ada kecelakaan di sini dan itu memang sering. Kalau di hari raya, seperti Natal dan Lebaran itu baru dijaga ketat sama KAI atau Dishub, tapi kalau enggak, ya enggak. Kalau kayak gini (ada penjaganya) lebih aman,” tutupnya.

4 dari 4 halaman

Pengendara Merasa Aman

Rian (25) merasa lebih aman dengan keberadaan penjaga perlintasan sebidang tanpa palang di daerah tersebut.

Ia sering melewati daerah tersebut untuk menuju ke suatu tempat dan merasa was was jika tidak ada penjaga.

“Di sini kan sering kecelakaan. Tahun 2022 itu juga ada, tahun 2024 ya yang kemarin itu. Kalau ini ditutup, tidak mungkin karena kalau kita jalan memutar, malah jauh. Aman dijaga begini,” bebernya.

Dia juga setuju jika perlintasan sebidang di Desa Taji diberi palang otomatis agar memberikan rasa yang lebih aman kepada pengendara.

“Kalau ada palang ya lebih aman. Bagusnya memang begitu. Sekarang yang penting dijaga dulu. Ke depan katanya mau dipalang sih,” beber Rian.

Baca juga: Viral Kisah Unik Sebuah Pohon Dirantai dan Ditahan Sejak Tahun 1899, Kini Jadi Daya Tarik Wisatawan

Awal yang Bagus

Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro mengapresiasi gerak cepat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten yang segera melakukan pengamanan di perlintasan sebidang tanpa palang di Desa Taji, Kecamatan Prambanan tersebut.

Kejadian tewasnya dua orang lantaran mobilnya menemper KA Gaya Baru Malam Selatan di hari Minggu (14/1/2024) sore itu bisa menjadi pembelajaran semua pihak untuk meningkatkan keamanan di sekitar perlintasan sebidang dan mendahulukan perjalanan KA.

“Ini awal yang sangat bagus, saya kira. Pemkab Klaten telah melaksanakan kewenangannya sesuai yang diamanatkan Undang-undang (UU),” kata Kris kepada Tribun Jogja.

Dijelaskan Kris, perlintasan sebidang merupakan kewenangan pemerintah daerah (pemda) setempat.

Oleh karenanya, Daop 6 juga berharap kerjasama dari pihak pemda setempat untuk melakukan penjagaan di perlintasan tersebut.

Ia menjelaskan, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. 94 Tahun 2018 Pasal 2, pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan jalan yang berpotongan dengan jalur kereta api adalah pemilik jalannya.

Rinciannya adalah menteri, untuk jalan nasional, gubernur, untuk jalan provinsi, bupati/walikota, untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa, dan badan hukum atau lembaga, untuk jalan khusus yang digunakan oleh badan hukum atau lembaga.

“Semoga secepatnya bisa lebih ditingkatkan dengan kelengkapan peralatan palang pintu yang terjaga 24 jam,” tukasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul KISAH Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang di Prambanan Klaten

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
KlatenPrambanankereta apiviral Cromboloni Dhawank Delvi Syakirah
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved