TRIBUNTRAVEL.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberikan penjelasan soal kabut tebal yang menyelimuti sejumlah pantai di Gunungkidul dan Bantul, Jogja, beberapa waktu yang lalu.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG DIY, Warjono mengatakan bahwa fenomena kabut tebal di pantai tersebut merupakan fenomena biasa dan tidak mempengaruhi kondisi gelombang laut.

Menurutnya, fenomena ini terjadi di sepanjang pantai selatan dengan kepekatan kabut yang berbeda-beda.
Ia memastikan bahwa kondisi tersebut tidak berpengaruh pada tinggi gelombang atau fenomena alam lain.
Baca juga: Kabut Tebal Misterius Selimuti Perairan Tabanan Bali, Begini Kesaksian Nelayan
"Tidak berefek, hanya jarak pandang yang berkurang saja," kata Warjono, Minggu (22/10/2023).
Warjono menjelaskan, kabut umumnya disebabkan oleh suhu udara dingin yang diikuti dengan kelembapan udara permukaan.
LIHAT JUGA:
Hal ini mengakibatkan terjadinya kondensasi berupa pembentukan butiran air yang mengambang di udara dekat permukaan Bumi.
"Oleh karena itu, kabut dapat terjadi pada dini hari hingga pagi hari dan pada saat sore hari hingga menjelang malam hari," jelas dia.
Senada dengan Warjono, Kepala Kelompok Foreskater BMKG DIY, Romadi yang mengatakan fenomena tersebut umumnya disebabkan oleh suhu udara dingin dan diikuti dengan kelembapan udara permukaan yang tinggi.
Baca juga: BMKG Rilis Kota dengan Suhu Terpanas di Indonesia, Majalengka Capai 38,3 Derajat Celsius
Fenomena kabut tidak hanya terjadi di wilayah perbukitan di Kabupaten Bantul, Romadi turut menyebut bahwa fenomena itu juga terjadi di sejumlah wilayah di pesisir pantai selatan Yogyakarta dan sebagainya.
Menurutnya, fenomena tersebut terjadi ketika udara yang relatif hangat dan lembap mengalir di atas permukaan lebih dingin.

Hal itu kemudian menyebabkan terjadinya kondensasi dan terbentuknya kabut.
Tak heran, fenomena kabut dapat kerap terjadi di sepanjang pantai atau di atas lautan.
"Tapi, yang terbentuk di wilayah perairan pada siang hari seringkali bersifat sementara dan dapat bubar dengan cepat setelah matahari semakin tinggi dan memanaskan udara di atas permukaan air," tuturnya, dikutip dari TribunJogja.com.
Meski demikian, Romadi mengatakan bahwa kabut itu juga dapat membawa pengaruh terbatas terhadap navigasi dan aktivitas di perairan.
Baca juga: 14 Daerah Terdampak Kerusakan Gempa Bantul, BMKG Ungkap Penyebabnya
Tidak hanya itu saja, keberadaan kabut juga dapat berpotensi mempengaruhi jarak pandang yang tidak begitu jelas.

Untuk itu, Romadi mengimbau kepada masyarakat, para nelayan maupun pengemudi lalu lintas, setidaknya tetap waspada saat sedang berpergian dengan kondisi lingkungan berkabut.
"Lama terjadinya fenomena kabut itu kan tidak tahu sampai kapan. Jadi, masyarakat juga kami imbau untuk tetap berhati-hati karena itu dapat mengganggu jarak pandang seseorang," tandas Romadi.
Sebelumnya, sebuah video viral memperlihatkan kabut tebal di siang hari yang menyelimuti beberapa pantai di Gunungkidul.
Baca juga: BMKG Sebut Bantul Daerah Rawan Gempa, Tanah Berkarakteristik Gembur dan Lunak hingga Mudah Rusak
Baca juga: Viral Fenomena Hujan Deras Hanya Guyur Satu Rumah di Tasikmalaya, BMKG Beri Penjelasan
Dalam video tersebut tampak kabut tebal membuat jarak pandang terbatas di tepian pantai yang dipenuhi wisatawan di siang hari.
Fenomena itu terjadi di pesisir pantai selatan Gunungkidul dan Bantul, seperti Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, dan Pantai Parangtritis.
Wisatawan tampak tetap asik bermain air dan pasir meskipun kabut tebal menyamarkan jarak pandang.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Viral Kabut Tebal Selimuti Pantai di Gunungkidul saat Siang, BMKG: Tak Berdampak tapi Tetap Waspada.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.