Breaking News:

Kabut Tebal Misterius Selimuti Perairan Tabanan Bali, Begini Kesaksian Nelayan

Belakangan ini muncul kabut tebal di pantai maupun perairan Bali, termasuk wilayah Tabanan.

Editor: Kurnia Yustiana
BANGKA POS/RESHA JUHARI
Siluet seorang nelayan pulang melaut. Belakangan ini sempat muncul kabut tebal di perairan Bali. Salah satunya di perairan kawasan Tabanan. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Belakangan ini sempat muncul kabut tebal di pantai maupun perairan sekitar Bali.

Salah satunya di perairan kawasan Tabanan, Bali.

Nelayan menuju perahunya di Pelabuhan Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Banten, Selasa (17/2/2015). Angin kencang dan tingginya ombak dikeluhkan para nelayan kecil di kawasan tersebut, karena menyulitkan mereka untuk mendapatkan ikan dan rajungan.
Ilustrasi nelayan dan kapalnya di laut. Belakangan ini sempat muncul kabut tebal di perairan Bali. Salah satunya di perairan kawasan Tabanan. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Kemunculan kabut tebal ini tiba-tiba dan bikin heran nelayan.

Ketua Kelompok Nelayan Tabanan, Kadek Wita, menuturkan ceritanya saat kemunculan kabut tebal.

Baca juga: Viral Ibu Tinggalkan Bayinya di Bandara Ngurah Rai Bali, Aksinya Terekam CCTV

Menurutnya, sejak tahun 1982 silam bekerja sebagai nelayan, baru kali ini muncul kabut tebal yang menyelimuti perairan Tabanan.

Terutama pada Minggu (22/10/2023) kemarin, yang membuat nelayan sempat harus berdiam diri di tengah laut.

Sedangkan pada Senin (23/10/2023), kabut sudah tidak terlalu pekat.

Sehingga nelayan mampu untuk berpindah tempat mencari ikan.

“Kemarin dan tadi, kemarin lebih keras di tengah laut nggak bisa melihat. Bisa melaut tapi diam saja. Kabut luar biasa. Hawa dingin juga. Sejak saya jadi nelayan tahun 82, baru kali ini ada kabut seperti ini,” ucapnya, Senin (23/10/2023) kepada TribunBali.

Ia menyebut bahwa perkiraan kabut mulai muncul sejak pukul 05.00 Wita pagi atau pukul 06.00 Wita.

2 dari 4 halaman

Lalu berlangsung hingga pukul 10.00 Wita dan pukul 10.30 Wita berangsur hilang.

“Jam 1/2 11 itu dah, baru kelihatan matahari,” ungkapnya.

Menurutnya, kabut tebal tidak menganggu aktivitas menangkap ikan.

Hanya saja, setelah usai menebar jaring maka tidak akan bisa berpindah ke tempat lain lagi.

Dan diakuinya, kabut tebal di tengah laut itu cukup mengerikan.

Jarak pandang terhalang, membuat nelayan hanya berdiam ketika jaring usai ditebar.

“Pandangan sudah tidak bisa melihat. Kabut ya ada itu tiba-tiba jam enam naik kapal, di tengah laut tebal. Perkiraan dari bibir ke tengah laut sekitar satu setengah kilo. Teman datang, sampai tidak kelihatan. Jadi semua nelayan diam. Gelap,” ungkapnya lagi.

Ia menambahkan, untuk melaut nelayan masih mendapat ikan.

Khususnya dirinya, masih dapat membawa ikan paling tidak 20 sampai 30 kilo.

Tangkapan ikannya jenis kapasan.

3 dari 4 halaman

Ikan kapasan paling tidak dijual sekira Rp 40 per kilo ke pengepul di Yeh Gangga.

Saat kabut itu sendiri, ada sekitar 80-an jukung nelayan dari Yeh Gangga yang melaut.

Kemudian, dari Kelating dua, Bebali dua, lalu batu tampih dan Kediri masing-masing dua jukung.

“Kalau untuk hari ini, sudah menurun kabutnya tidak seperti kemarin. Naik (melaut), jam enam tadi sudah kelihatan. Ada kabut cuma, lumayan terang. Tidak sepeti kemarin,” bebernya.

Baca juga: Kelakuan Buruk Turis Asing di Bali: Meditasi di Pura Tanpa Busana, Niluh Djelantik Geram

Musim Kemarau, Tangkapan Ikan Nelayan Gianyar Melimpah

Nelayan Pantai Congot tengah membetulkan jaring dan kapalnya. Gelombang tinggi di laut selatan belakangan ini memaksa mereka urung melaut.
Ilustrasi nelayan. (TRIBUNJOGJA.COM / Singgih Wahyu)

Beranjak ke wilayah Gianyar, ada lagi kisah dari nelayan di Bali.

Saat berbulan-bulan musim hujan kemarin, para nelayan tak bisa melaut dikarenakan gelombang yang ganas.

Ikan pun terlalu di tengah.

Memasuki musim kemarau, para nelayan di Gianyar, Bali akhirnya tersenyum.

Mereka bisa kembali melaut dan mendapat tangkapan ikan melimpah.

4 dari 4 halaman

Hal tersebut diungkap seorang nelayan Pantai Lebih, Made Join Hermanto, yang juga koordinator Balawista BPBD Gianyar, Senin (23/10/2023).

Dia menjelaskan, ketika musim hujan, terkadang ada nelayan yang nekat melaut, namun hasilnya tetap minim.

Bahkan, tak jarang dari mereka yang pulang dengan tangan kosong.

Namun beruntung, di tengah banyaknya masyarakat yang mengharapkan hujan, ada dapur-dapur nelayan yang ngebul karena musim panas ini.

"Saat ini, asalkan mau bangun pagi, melaut mulai pukul 01.00 Wita, pulangnya pasti membawa hasil," ujar Join.

Baca juga: Kronologi Bule Inggris Ngamuk dan Tampar Polisi di Bali, Berhasil Ditangkap & Terancam Dideportasi

Dia mengungkapkan, semangat warga pesisir untuk melaut sangat tinggi.

Bahkan per hari bisa mencapai 70 sampai 90 unit perahu yang melaut.

Semangat tersebut tak terlepas dari musim panas, yang membuat ombak relatif tenang, serta ikan-ikan naik ke permukaan.

Selain itu, harga jual ikan laut juga dirasa sangat menjanjikan.

Baca juga: Suami Istri Nekat Resign dan Pilih Pergi Liburan ke Bali, Kini Justru Dibayar untuk Keliling Dunia

"Saat ini sekitar 70 nelayan melaut, bahkan kadang sampai 90 perahu nelayan berebut rejeki di tengah laut," katanya.

Adapun tangkapan ikan para nelayan saat ini, kata dia, didominasi oleh ikan lemuru dan ikan barakuda.

Rata-rata tangkapan ikan barakuda mencapai 20 kilogram per nelayan.

"Kalau sedang tidak mujur, paling kecilnya pendapatan sekali melaut Rp500 ribu. Karena rata-rata saat ini pendapatan per melaut Rp 800 ribu ke atas, bahkan ada yang sampai Rp1 juta," ungkapnya.

Baca juga: Rekomendasi 4 Hotel Murah di Ubud Bali Buat Liburan Bareng Pasangan

Ada pun ikan tangkapan tersebut, dijual ke warung-warung makan seafood yang tersebar di pesisir Pantai Lebih dan pengepul.

"Saat ini peminat ikan laut sangat tinggi sehingga nelayan tidak pernah kesulitan menjual. Bahkan kapal baru bersandar, pembeli sudah berjubel," ujar Join.

Selama musim panas ini pun ada puluhan keluarga nelayan yang terselamatkan.

"Selama ini nelayan juga punya hutang, baik di warung atau di LPD, kini bisa menutupi hutang dan selebihnya juga ditabung. Kami sangat bersyukur, semoga situasi ini bisa berlangsung agak lama," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Dek Wita Kaget, Sejak 1982 Jadi Nelayan Baru Kali Ini Kabut Tebal Selimuti Laut Tabanan dan Kemarau Beri Berkah bagi Nelayan Gianyar, Tangkapan Melimpah.

Simak artikel lainnya seputar Bali di sini.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Bali
Tags:
BaliTabanannelayanpantai
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved