TRIBUNTRAVEL.COM - Kajian Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan Kabupaten Bantul merupakan daerah rawan gempa.
Sehingga, warga di Kabupaten Bantul sering merasakan guncangan gempa meski berjarak cukup jauh dari pusat gempa.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, para penelliti menganalogikan Kabupaten Bantul berdiri di atas agar-agar atau jelly.
Oleh sebab itu, bangunan yang berada di atas tanah wilayah Bantul mudah rusak akibat diguncang gempa.
Baca juga: Gempa Susulan Magnitudo 6,4 Kembali Guncang Turki, 2 Minggu Pascagempa Besar
"Bantul itu kota yang berdiri di atas agar-agar, peneliti menyebut city on the jelly," ujar Daryono saat ditemui, Rabu (21/6/2023).
Melihat hasil kajian yang ada, Daryono merekomendasikan masyarakat yang akan membangun hunian sebaiknya mengadopsi struktur bangunan yang tahan gempa.
LIHAT JUGA:
Apabila belum mampu untuk mengaplikasikan metode struktur bangunan tahan gempa, masyarakat direkomendasikan menggunakan material kayu atau bambu untuk model bangunannya.
"Tentu saja solusinya satu bangunan yang struktur kuat atau tahan gempa, berdasarkan building code. Building code itu mengacu bisa dari zona megatrusnya yakni mengacu 8,7 magnitudo juga kepada 6,6 maksimun dari gempa itu," ungkapnya.
"Misalnya belum mampu memiliki bangun itu (tahan gempa) maka bangunlah rumah dengan kayu dan bambu yang di desain menarik. Jangan yang bangun rumah tembok asal bangun," sambung Daryono.
Baca juga: Wisatawan Diminta Waspada Usai Pangandaran Diguncang Gempa Dini Hari Tadi
Kelebihan bangunan dengan struktur bambu dan kayu menurutnya memiliki risiko yang lebih rendah ketika diguncang gempa.
"Karena sebenarnya orang meninggal akibat gempa itu kan luka kena reruntuhan bangunan. Kalau kayu atau bambu kan reot saja jika ada gempa," ujar Daryono.

Sebagai informasi, dua kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi jalur gempa yang bersumber dari Sesar Opak.
Sesar Opak adalah patahan yang berada di wilayah DIY, tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak, dilaporkan Kompas.com.
Sesar Opak berarah timur laut-barat daya dengan blok timur relatif bergeser ke utara dan blok barat ke selatan dengan lebar dari zona Sesar Opak ini diperkirakan sekitar 2,5 kilometer.
Gawir (tebing terjal) yang terbentuk oleh Sesar Opak berada dalam zona fisiografi Pegunungan Selatan, tepatnya di Lajur Batur Agung.
Baca juga: Berjasa Dalam Evakuasi Gempa Turki, Anjing-anjing Heroik Diterbangkan Naik Pesawat Kelas Satu
Sesar Opak menjadi patahan utama yang membatasi Lajur Batur Agung dengan dataran rendah Yogyakarta.
Sesar tersebut berdasarkan kajian memiliki panjang sekitar 35 kilometer dari Kretek hingga Prambanan.

Sementara itu, pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja menyebut bahwa gempa Yogyakarta sangat merusak karena sesar yang aktif berada di bawah kawasan permukiman penduduk.
Menurut Danny, karakteristik tanah yang berupa endapan vulkanik yang rapuh mengamplifikasi gempa, ditambah dengan konstruksi bangunan yang sangat buruk menyebabkan gempa saat itu sangat merusak.
Baca juga: Turkish Airlines Angkut 26 Ribu Warga Turki Keluar dari Zona Gempa, Siapkan 150 Penerbangan
Baca juga: Emirates Luncurkan Penerbangan Khusus untuk Korban Gempa Turki & Suriah, Bawa Bantuan Darurat
Namun, kejadian gempa tersebut rupanya masih belum dapat meningkatkan kesadaran warga terhadap pentingnya mitigasi gempa ketika membangun rumah.
Pemerintah bersama lembaga terkait diharapkan dapat lebih serius memetakan dengan rinci sumber-sumber gempa, sehingga pemerintah daerah memiliki dasar untuk merencanakan tata ruang dengan memperhitungkan risiko gempa.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Bantul Disebut Jadi Daerah Rawan Gempa karena Dilintasi Sesar Opak, Ini Kata BMKG.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.