TRIBUNTRAVEL.COM - Biasanya ketika seorang bayi lahir akan disambut dengan kebahagiaan.
Bahkan perayayaan untuk kelahiran seorang bayi kerap berlangsung di berbagai masyarakat dunia.

Namun nampaknya hal itu tak berlaku di suku El Molo yang mendiami Kenya.
Jika ada seorang melahirkan bayi, justru akan menimbulkan perasaan campur aduk.
Baca juga: Masakan Khas Suku Melanau di Kuching Malaysia, Sensasi Kelezatan Ikan & Ayam Kaya Rempah
Hal itu karena seseorang harus meninggal untuk setiap kelahiran bayi guna memastikan populasinya tetap di bawah seratus.
El Molo, yang dikenal sebagai pemburu Laut Giok adalah salah satu dari lebih dari 70 suku di Kenya.
Mereka sebagian besar tinggal di sebuah desa kecil tepi Danau Turkana bagian selatan Loiyangalani.
Beberapa nama lain untuk suku ini adalah Dehes, Fura-Pawa dan Ldes.
Melansir Pulse.ng, Jumat (6/10/2023), El Molo dilaporkan hanya berpenduduk 99 jiwa, terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Unik, Para Pria di Suku Ini Turut Serta Menyusui Bayinya
Bahasa mereka adalah El Molo, milik cabang Kushitik dari rumpun bahasa Afro-Asia.
Masyarakat El Molo tercatat sebagai suku yang unik karena kepercayaan budaya, adat, dan spiritualnya.
Satu di antaranya adalah ketika seorang bayi lahir, harus ada orang lain yang meninggal untuk menjaga keseimbangan antara hidup dan mati.

Youtuber Afrimax English mengunjungi komunitas El Molo baru-baru ini untuk menjelaskan budaya, mata pencaharian, dan akses terhadap fasilitas yang diperlukan.
Masyarakat El Molo percaya bahwa jumlah penduduknya tidak boleh melebihi 99 orang.
Sehingga ketika anak-anak dilahirkan, beberapa orang yang masih mempunyai kesempatan untuk hidup harus mati agar jumlah penduduknya tetap di bawah 100.
Begitu bayi lahir, para tetua suku diajak berkonsultasi dan mereka yang berumur panjang dan sudah memenuhi kriteria dipilih untuk mati.
Baca juga: Fakta Unik Suku Bajau, Alami Mutasi Genetik hingga Dijuluki Penyelam Andal
Mereka menerima kematian sebagai nasib baik karena dianggap pengakuan atas siklus hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang yang mewariskan adat serta kepercayaan kepada mereka.
Menurut mereka, roh dan kosmos membimbing mereka dalam memutuskan siapa yang akan mati selanjutnya.
Tidak jelas apakah orang-orang terpilih tersebut meninggal secara alami atau bagaimana mereka memberi jalan kepada bayi-bayi yang baru lahir.

Baca juga: Fakta Unik Asaro, Suku yang Menakuti Lawan dengan Topeng Menyeramkan
Afrimax English melaporkan suatu saat populasinya mencapai 100 namun tidak bertahan selama 24 jam karena dianggap penistaan.
Tidak jelas bagaimana hal ini dapat diperbaiki dengan cepat.
Karena tidak ada yang tahu siapa yang akan meninggal setelah seorang anak lahir untuk mengendalikan populasi El Molo, mereka selalu merasa gelisah.
Menariknya, jika seseorang jatuh sakit pada saat anak dilahirkan, ia menjadi gelisah meskipun bukan dia yang ditetapkan untuk meninggal.
Dikenal sangat spiritual dan memuja WAAK/WAHK, El Molo sebagian besar adalah nelayan yang bergantung pada danau Turkana untuk makanan dan penghidupan.
Kekeringan yang sering terjadi, kurangnya lahan pertanian, air minum dan makanan yang baik dilaporkan menyulitkan komunitas mereka untuk menampung lebih banyak orang.
Tidak jelas apakah mereka memberi tahu nenek moyang mereka untuk membatasi jumlah penduduk, yang diwariskan kepada mereka.
Baca juga: 3 Budaya Paling Terisolasi di Dunia, Termasuk Suku Sentinel yang Populer
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.