Breaking News:

Overtourism, Venesia Kenakan Biaya Masuk Buat Wisatawan yang Datang

Diperkirakan sekitar 20 juta pengunjung mengunjungi Venesia Italia setiap tahunnya.

Kit Suman /Unsplash
Overtourism membuat Venesia Italia menerapkan biaya masuk bagi turis yang datang 

TRIBUNTRAVEL.COM - Venesia Italia, dengan perairannya yang berkelok-kelok, gondola ikonik, dan arsitektur bersejarah, telah menjadi destinasi impian bagi para pelancong di seluruh dunia.

Namun seperti yang kita semua tahu, segala sesuatu yang berlebihan selalu buruk, begitu pula Venesia Italia, yang berada dalam cengkeraman pariwisata berlebihan.

Baca juga: 5 Kota Paling Romantis di Dunia, Termasuk Venesia dan Florence

Kota Venesia di Italia menjadi salah satu kawasan paling romantis di dunia, cocok untuk menjadi tujuan liburan bareng pasangan
Kota Venesia di Italia menjadi salah satu kawasan paling romantis di dunia, cocok untuk menjadi tujuan liburan bareng pasangan (Flickr/Iselin)

Baca juga: Air di Kanal Venesia Secara Misterius Berubah Warna Menjadi Hijau Terang, Ternyata Ini Penyebabnya

Diperkirakan sekitar 20 juta pengunjung mengunjungi Venesia setiap tahunnya.

Kini, Venesia adalah kota berpenduduk sekitar 50.000 jiwa.

Baca juga: Air Surut Bikin Kanal-kanal Venesia Kering, Banyak Gondola Terjebak di Lumpur

Baca juga: Italia Berencana Terbitkan Visa Harian untuk ke Kota Venesia, Wisatawan Wajib Bayar Jika Liburan

Dengan banyaknya wisatawan yang datang setiap tahunnya, kita hanya bisa membayangkan tekanan yang ditimbulkannya terhadap kota Venesia dan penduduknya.

Dilansir dari indiatimes, jumlah wisatawan yang begitu besar tentunya memberikan dampak negatif terhadap infrastruktur dan lingkungan.

Apalagi mayoritas wisatawannya adalah wisatawan harian.

Ya, isu banyaknya pengunjung harian di Venesia memang nyata adanya.

Berdasarkan laporan yang ada, sekitar 80 persen wisatawan adalah wisatawan harian, dan hanya sedikit wisatawan yang memilih menginap semalam.

Wisatawan harian umumnya menghabiskan lebih sedikit uang dibandingkan pengunjung jangka panjang, sehingga memberikan banyak tekanan pada infrastruktur.

2 dari 4 halaman

Dalam upaya untuk memerangi masalah overtourism atau pariwisata massal ini,Venesia telah memutuskan untuk membebankan biaya sebesar 5 Euro sekira Rp 82 ribu per orang kepada wisatawan harian mulai tahun 2024.

Namun tidak semua pengunjung dikenakakan biaya masuk.

Ada beberapa jenis pengunjung yang tidak dibebankan biaya masuk ke Venesia.

Di antaranya pengunjung yang menginap, anak-anak di bawah usia 14, mereka yang bepergian untuk bekerja dan belajar, dan mereka yang mengunjungi anggota keluarga.

Jika mengunjungi Venesia selama setengah hari, untuk tujuan rekreasi, kamu harus membayar biayanya.

Menariknya, hal ini bukanlah sesuatu yang akan dilaksanakan sepanjang tahun.

Hanya 30 hari saat di musim semi dan musim panas yang dikenakan biaya ini.

Untuk menjaga hal ini, semua wisatawan ke Venesia harus mendaftar terlebih dahulu.

Setelah mendaftar, pengunjung akan menerima kode QR online.

Akan ada pemeriksaan acak oleh pihak berwenang, dan mereka yang ditemukan tanpa kode QR yang sesuai akan dikenakan denda sebesar 300 Euro.

3 dari 4 halaman

Apakah ini solusi terbaik?

Kita hanya harus menunggu dan melihat.

Venesia akan menjadi kota pertama di dunia yang mengenakan biaya masuk.

Daya tarik Venesia tidak dapat disangkal.

Kekayaan sejarah, seni, dan budayanya telah menarik wisatawan selama berabad-abad.

Kota yang seolah muncul dari perairan ini memiliki banyak keistimewaan unik yang ingin dilihat dan dialami oleh wisatawan dari seluruh dunia.

Namun untuk menikmati semua ini, Venesia harus menjadi kota hidup yang layak.

Dengan pariwisata yang tidak terkendali, keadaan mulai terlihat suram.

Baca juga: Berselancar di Kanal Venesia, Sepasang Turis Didenda Lebih dari Rp 22 Juta

Kisah lain - Venesia di Italia terkenal dengan kanal berkelok-kelok dan gondola romantisnya.

Sayang kapal-kapal ikonik tersebut baru-baru ini dikandangkan karena Venesia mengalami periode surut bersejarah yang menyebabkan banyak kanal mengering, berlumpur, dan tidak dapat dilalui.

Foto yang diambil pada 20 Februari 2023 ini menunjukkan gondola diikat di Venice Canal Grande, saat air surut yang parah di kota laguna Venesia Italia.
Foto yang diambil pada 20 Februari 2023 ini menunjukkan gondola diikat di Venice Canal Grande, saat air surut yang parah di kota laguna Venesia Italia. (MARCO SABADIN/AFP)
4 dari 4 halaman

Venesia yang dilanda kekeringan pertama kali muncul di media sosial pada 17 Februari 2023.

Beberapa foto menampilkan kanal dengan genangan air yang nyaris tidak ada di dalamnya.

Karena permukaan air sangat rendah, banyak gondola kota, taksi air, dan kapal darurat kesulitan untuk beroperasi.

Kekeringan telah mengejutkan penduduk setempat dan wisatawan.

Sebagai "Kota Air", Venesia biasanya berurusan dengan masalah sebaliknya.

Dilansir dari allthatsinteresting, pada tahun 2019, Venesia mengalami banjir besar yang membuat banyak bagian kota terendam air setinggi enam kaki — level tertinggi dalam 50 tahun.

Layanan darurat sangat bergantung pada kanal untuk mengangkut orang yang membutuhkan perawatan medis ke rumah sakit, menanggapi panggilan darurat, dan memadamkan api.

Karena itu, kekurangan air membuat banyak responden pertama kewalahan.

"Operator kami sering terpaksa menghentikan kapal mereka dari jauh dan berjalan kaki, dalam banyak kasus mengangkut pasien dengan tangan," kata Paolo Rossi, kepala layanan kesehatan darurat, menurut People . "Kami menjamin setiap intervensi, tetapi kami melakukannya dengan beban kesulitan tambahan."

Venesia mengharapkan hujan badai yang sangat dibutuhkan dalam beberapa hari ke depan.

Sampai saat itu, para ahli sedang mencari solusi untuk masalah ini.

Menurut Reuters, ahli dan pejabat lingkungan menyalahkan air surut, sistem tekanan tinggi, arus laut, dan bulan purnama sebagai penyebab kekeringan Venesia.

Kanal-kanal kecil di Venesia sedang berjuang melawan surutnya air yang terbilang parah. Akibatnya, sejumlah gondola terdampar di tepian kanal yang penuh lumpur.
Kanal-kanal kecil di Venesia sedang berjuang melawan surutnya air yang terbilang parah. Akibatnya, sejumlah gondola terdampar di tepian kanal yang penuh lumpur. (Twitter/@Vitalin79682062)

Musim panas lalu, pejabat Italia mengumumkan keadaan darurat di daerah pertanian yang dilayani oleh Sungai Po, yang memiliki air 61 persen lebih sedikit dari biasanya.

Dan selama musim dingin, Pegunungan Alpen menerima 53 persen lebih sedikit salju daripada biasanya, yang juga berkontribusi pada kondisi kering di kawasan itu.

Namun, Alvise Papa, kepala kantor pasang surut di Dewan Kota Venesia, mengatakan kekeringan yang mempengaruhi danau dan sungai di dekatnya bukanlah satu-satunya penyebab kekurangan air di Venesia.

Ini disebabkan oleh antisiklon stasioner dengan tekanan tinggi yang mencegah masuknya sistem badai di Mediterania, menghentikan curah hujan, dan memperkuat air surut," katanya.

Karena frekuensi kekeringan yang mengkhawatirkan dan dampaknya yang ekstrem, banyak kelompok pecinta lingkungan, pakar, dan pejabat menyerukan perubahan yang cepat.

"Kami berada dalam situasi defisit air yang telah menumpuk sejak musim dingin 2020-2021," kata pakar iklim Massimiliano Pasqui dari lembaga penelitian ilmiah Italia CNR. "Kami membutuhkan 50 hari hujan."

Ilustrasi kanal di Venesia, Italia. Tahun ini hampir seluruh kanal di Venesia mengering hingga sebabkan gondola dan taksi air berhenti beroperasi.
Ilustrasi kanal di Venesia, Italia. Tahun ini hampir seluruh kanal di Venesia mengering hingga sebabkan gondola dan taksi air berhenti beroperasi. (Flickr/Mike_fleming)

Legambiente, sebuah kelompok lingkungan Italia, menyerukan undang-undang perubahan iklim yang cepat dari pemerintah untuk mencegah masalah di masa depan di daerah tersebut.

Di situs web mereka, grup tersebut mencantumkan prioritas, strategi, dan pencapaian untuk mencegah kekeringan seperti yang saat ini berdampak pada Italia utara.

Dalam pernyataan yang tegas, kelompok tersebut menyimpulkan: "Tidak boleh ada penundaan lagi. Kita perlu mulai mencegah 'darurat air' yang akan semakin mencirikan wilayah kita dengan berhenti memikirkannya hanya ketika kerusakan telah terjadi.

Ambar/TribunTravel

Selanjutnya
Tags:
ItaliaVenesiaovertourism Darren Kent Zuppa Soup Emil Audero Muhammad Prakosa Panzanella Alessandro Bastoni Nicolo Barella Genoa CFC Frosinone Calcio
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved