TRIBUNTRAVEL.COM - Satelit Republik Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan SATRIA berhasil diluncurkan.
Menggunakan SpaceX Falcon 9, SATRIA diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Minggu (18/6/2023).

Melansir rilis yang diterima TribunTravel, SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia.
Dengan kapasitas throughput sebesar 150 Gbps, teknologi ini akan menyediakan internet berkecepatan tinggi ke ribuan pulau di seluruh pelosok nusantara Indonesia.
Baca juga: Satelit Starlink Milik Elon Musk Hancur Diterpa Badai Luar Angkasa
Dengan demikian, kehadiran SATRIA dapat memberikan konektivitas di ribuan zona untuk sekolah, rumah sakit, berbagai fasilitas umum lain, serta fasilitas pemerintah daerah yang belum terhubung melalui sistem komunikasi terestrial atau satelit yang sudah ada.
Thales Alenia Space, perusahaan joint venture antara Thales (67 persen) dan Leonardo (33 persen), dipilih untuk membangun satelit tersebut oleh konsorsium Satelit Nusantara Tiga (SNT) atas nama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Satelit berkapasitas tinggi very-high-throughput satellite (VHTS) ini didasarkan pada platform Spacebus NEO all-electric dari Thales Alenia Space dan dilengkapi dengan prosesor digital generasi kelima.
Perusahaan juga menyediakan dua pusat kendali satelit, utama dan cadangan, serta segmen darat (mission ground segment) untuk muatan digital yang lengkap (all-digital payload).
Baca juga: Satelit NASA Temukan Gunung Api Bawah Laut yang Menjadi Rumah Bagi Hiu Memasuki Fase Aktif Letusan
Selain itu, Thales Alenia Space telah menyelenggarakan program pelatihan lengkap bagi insinyur-insinyur SNT, yang sebagian telah bergabung dengan tim proyek fasilitas Thales Alenia Space di Cannes dan Toulouse selama program berlangsung.
SATRIA akan menjadi satelit komunikasi VHTS pertama di Indonesia, dan juga yang paling kuat di kawasan Asia Tenggara.
Dengan massa peluncuran seberat 4.6 ton, satelit ini akan beroperasi pada frekuensi Ka band dan beredar di orbit 146° E dengan masa operasional 15 tahun.

"Saya senang melihat SATRIA berhasil diluncurkan. Misi ini akan menyediakan internet berkecepatan sangat tinggi di seluruh pelosok nusantara Indonesia dan membantu pengembangan infrastruktur digital negara ini," kata Marc-Henri Serre, Thales Alenia Space Executive Vice President, Telecommunications.
"Setelah pembangunan satelit Palapa-D dan Telkom-3S, Telkom 3 payload, dan satelit Telkom 113 yang akan datang, keberadaan SATRIA mengonfirmasi suksesnya kemitraan kami dengan operator telekomunikasi Indonesia," imbuhnya.
Baca juga: Satelit Kayu Pertama di Dunia Akan Diluncurkan di Jepang Pada 2023 Mendatang, Intip Keunikannya
Informasi terkait peluncuran SATRIA turut disampaikan oleh Menparekraf Sandiaga Uno.
Melalui akun Instagramnya, Sandiaga Uno mengunggah detik-detik peluncuran SATRIA.
"Hari ini, @kemenkominfo meluncurkan satelit Satria-1 di Space X, Cape Canaveral, Florida," tulis Sandiaga Uno dalam keterangan unggahan.

Menurut unggahan, akses internet dari satelit SATRIA dapat dimanfaatkan masyarakat mulai Januari 2024.
Akses internet dapat digunakan secara merata hingga ke desa-desa.
Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa hal itu menjadi kabar baik untuk pelaku UMKM di sektor parekraf di desa-desa wisata.
Akses yang diberikan, lanjut Sandiaga Uno, tentu akan mendorong pelaku ekraf masuk dalam ekosistem ekonomi digital.
Alhasil pelaku ekraf lebih mudah untuk berkembang dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
Baca juga: Astronom Berhasil Ungkap Keberadaan Danau Terbesar di Salah Satu Satelit Saturnus
Sekilas tentang Thales Alenia Space
Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dan kombinasi unik dari berbagai keterampilan, keahlian dan latar belakang budaya, Thales Alenia Space menyediakan solusi-solusi yang ekonomis untuk telekomunikasi, navigasi, pengamatan planet Bumi, pengelolaan lingkungan, eksplorasi, ilmu pengetahuan serta infrastruktur orbital.
Berbagai negara dan industri swasta mengandalkan Thales Alenia Space untuk merancang sistem berbasis satelit yang menyediakan layanan kapan saja dan di mana saja dalam koneksi dan penentuan posisi, pemantauan planet kita, peningkatan pengelolaan sumber daya alam, dan eksplorasi tata surya maupun lebih dari itu.
Thales Alenia Space melihat luar angkasa sebagai cakrawala baru yang membantu membangun kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan di Bumi.
Sebagai usaha joint venture antara Thales (67%) dan Leonardo (33%), Thales Alenia Space juga bekerja sama dengan Telespazio untuk membentuk perusahaan induk Space Alliance yang menawarkan berbagai jasa layanan lengkap.
Thales Alenia Space mencatatkan pendapatan consolidated revenues sekitar 2,2 miliar euro pada tahun 2022 serta memiliki sekitar 8.500 karyawan di 17 lokasi di 10 negara Eropa dan sebuah pabrik di Amerika Serikat.
Baca juga: Citra Satelit Ungkap 28 Triliun Ton Es Mencair Sejak 1994, Apa yang Akan Terjadi di Masa Depan?
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.