Breaking News:

Satelit NASA Temukan Gunung Api Bawah Laut yang Menjadi Rumah Bagi Hiu Memasuki Fase Aktif Letusan

Data yang dihimpun NASA mencatat perubahan warna air di sekitar gunung berapi selama beberapa hari pada bulan April dan Mei.

Observatorium Bumi NASA
Gunung Api Kavachi., Gunung api bawah laut menjadi rumah bagi berbagai spesies hiu 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah gunung berapi bawah laut yang merupakan rumah bagi hiu, telah memasuki fase aktif letusan, menurut badan antariksa NASA.

Satelit NASA telah mengumpulkan data dari Gunung Berapi Kavachi di Pasifik, Barat Daya Kepulauan Solomon.

Data yang dihimpun NASA mencatat perubahan warna air di sekitar gunung berapi selama beberapa hari pada bulan April dan Mei.

Badan antariksa internasional itu mengatakan, "(Gambar) yang diperoleh pada 14 Mei 2022, oleh Operational Land Imager-2 (OLI-2) di Landsat 9, memperlihatkan segumpal air berubah warna yang dipancarkan dari gunung berapi bawah laut."

"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan gumpalan air asam yang sangat panas, biasanya mengandung materi partikulat, fragmen batuan vulkanik, dan belerang."

"Sebelum aktivitas baru-baru ini, letusan besar diamati di Kavachi pada 2014 dan 2007."

Baca juga: Kisah Serangan Hiu Paling Mematikan di Dunia, Tewaskan Lebih dari 150 Orang dalam 4 Hari

Baca juga: Gadis 12 Tahun Digigit Hiu, Pihak Kebun Binatang Segera Mengobati & Beri Tiket Masuk Gratis

Dikutip dari laman UNILAD, Selasa (24/5/2022), Pada tahun 2015, Gunung Berapi Kavachi pernah dieksplorasi dalam sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh penerima hibah National Geographic, Dr Brennan Phillips.

Setelah melihat data, tim ilmuwan terkejut menemukan hiu martil, hiu karang, dan hiu martil bergigi semuanya hidup di dalam kawah.

Dalam sebuah wawancara Dr Phillips mengatakan, "Ketika itu (gunung) meletus, tidak mungkin ada yang bisa hidup di sana.

"Itulah yang membuat penemuan hewan-hewan ini di dalam gunung berapi begitu membingungkan peneliti.

2 dari 2 halaman

Mereka hidup di tempat di mana mereka bisa 'mati kapan saja', jadi bagaimana mereka bertahan hidup?"

Baca juga: David Beckham dan Putranya Liburan Seru Bersama, Dikelilingi Hiu di Bahama

Baca juga: Teror Hiu Bikin Panik Wisatawan, Momen Liburan Santai Berubah Jadi Menegangkan

Dia menambahkan, "airnya sangat keruh. Tak satu pun dari tempat ini yang aman dan baik untuk ikan."

Namun, perairan vulkanik sebenarnya kaya akan nutrisi.

Kemungkinan besar, inilah yang menjadi alasan bagi binatang laut berbondong-bondong ke daerah tersebut.

Ahli ekologi laut Michael Heithaus dari Departemen Ilmu Biologi di Universitas Internasional Florida mengatakan, hiu mampu mendeteksi kapan letusan terjadi.

Dia mengatakan kepada 9News, "Sepertinya hiu di gunung berapi itu terbiasa menghadapi letusan.

"Anda akan berpikir itu berbahaya, tetapi penelitian telah menunjukkan kepada kita mereka dapat mendeteksi badai dan topan yang mendekat, sehingga mereka mungkin dapat mendeteksi ketika sesuatu yang buruk akan terjadi dan menyingkir.

"Hal ini menunjukkan betapa hiu sangat mudah beradaptasi," ungkapnya. (TribunTravel.com/Tys)

Baca juga: Hiu Raksasa Tertangkap Kamera di Dasar Palung Mariana: Apakah Megalodon Masih Ada?

Baca juga: Fakta Unik Ironbound, Hiu Monster Terbesar di Dunia yang Ditemukan di Pantai Timur AS

Selanjutnya
Tags:
NASAPasifikKepulauan SolomonGunung Berapi Kavachi Christina Koch
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved