TRIBUNTRAVEL.COM - Amanita phalloides umumnya dikenal sebagai jamur payung maut.
Jamur ini memiliki kandungan racun di dalamnya yang mematikan.

Selain itu, jamur payung maut juga dikenal karena kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru dalam waktu singkat.
Melansir Oddity Central, Minggu (5/3/2023), jamur payung maut sejatinya berasal dari dataran Eropa.
Baca juga: Ada Fosil Ikan di Pegunungan Himalaya, Kok Bisa?
Jamur ini tumbuh dengan menggali ke dalam akar pohon oak Eropa dan membentuk hubungan simbiosis dengan mereka.
Namun, entah bagaimana jamur payung maut berhasil tumbuh di setiap benua kecuali Antartika.
Kemampuan adaptasi yang mengesankan ini telah mengejutkan para ilmuwan selama bertahun-tahun.
Para ilmuwan dibuat bingung dengan begitu cepatnya proses jamur payung maut beradaptasi dengan lingkungan baru.

Di Amerika Serikat, jamur payung maut kemungkinan besar berawal dari California sekira abad ke-19.
Sejak saat itu, jamur payung maut menyebar dengan cepat ke seluruh negara bagian Amerika Serikat.
Setelah beberapa dekade penelitian, para ilmuwan sekarang tahu bagaimana jamur payung payung maut cepat beradaptasi.
Menurut sebuah studi baru, sampel jamur payung maut yang dikumpulkan dari seluruh California adalah salinan sempurna satu sama lain, klon diproduksi secara aseksual, tanpa perlu kawin untuk menyebarkan spora mereka di wilayah baru yang belum ditaklukkan.
Kemampuan reproduksi ini mengejutkan para peneliti, karena sampel DNA dari payung maut Eropa dengan jelas menunjukkan bahwa ia bereproduksi secara seksual.
Hal yang sama berlaku untuk jamur yang dikumpulkan dari New Jersey dan New York.
Baca juga: Unik, Seorang Pria Jadikan Ribuan Ikan di Sungai Sebagai Peliharaan, Cuma Modal Pakan Itik
Pengurutan DNA menunjukkan bahwa jamur payung maut di California mengandung materi genetik yang sama persis dan kemampuan untuk bereproduksi secara aseksual selama sekira 30 tahun.
Para ilmuwan berteori bahwa jamur payung maut mampu mengaktifkan reproduksi aseksual untuk membantunya menyebar dengan cepat ke wilayah baru, dan kemudian beralih kembali ke reproduksi seksual setelah kolonisasi selesai.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mempelajari bagaimana dan kapan reproduksi aseksual diaktifkan, dan apakah ini merupakan kemampuan khusus dari jamur payung maut, atau juga strategi jamur invasif lainnya.

Jamur payung maut sendiri memegang Guinness World Record sebagai jamur paling beracun di dunia.
Tumbuhan ini juga bertanggung jawab atas keracunan jamur paling fatal di seluruh dunia.
Baca juga: Seekor Ikan Paus Muncul ke Permukaan Bikin Pemancing Terkejut, Videonya Viral di Medsos
Pasalnya, bentuk payung maut menyerupai jenis jamur lain yang biasa dikonsumsi manusia.
Jamur payung maut juga dikatakan memiliki rasa yang terbilang enak, membuatnya lebih berbahaya.
Selama 6 hingga 72 jam setelah dikonsumsi, gejala mulai muncul.
Racun dalam jamur payung maut masuk ke hati melalui saluran usus dan kemudian berikatan dengan enzim penghasil protein, mencegahnya melakukan tugasnya.
Tanpa produksi protein, hati mulai mati, menyebabkan mual dan diare, yang sering diikuti dengan kegagalan organ lainnya, koma, hingga kematian.
Baca juga: Ingin Berenang di Sungai Amazon? Ikuti Aturannya Biar Tak Ketemu Anaconda hingga Ikan Piranha
Racun yang diproduksi oleh jamur payung maut bersifat termostabil, yang berarti tahan terhadap perubahan akibat panas.
Oleh karena itu efek racun sama sekali tidak berkurang melalui proses masak.
Diperkirakan setengah dari jamur payung maut cukup untuk membunuh manusia dewasa.
Saat ini belum diketahui obat yang mampu menangani keracunan akibat jamur payung maut.
Cairan dapat membantu meringankan gejala, dan beberapa perawatan khusus telah terbukti meningkatkan kemampuan bertahan hidup, tetapi keracunan seringkali berakibat fatal.
Baca juga: Fakta Unik Ikan Bandeng yang Jadi Sajian Wajib saat Tahun Baru Imlek, Apa Maknanya?
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.