TRIBUNTRAVEL.COM - Gempa mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023) dengan kekuatan dahsyat.
Gempa berkekuatan 7,7 skala richter tersebut menelan ribuan korban jiwa.

Hingga saat ini, korban jiwa terhitung terus meningkat akibat gempa.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan bahwa jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi tersebut bisa saja meningkat lebih dari delapan kali lipat.
Baca juga: Imbas Gempa Turki, Sejumlah Bandara Ditutup dan Hanya Layani Pasokan Bantuan
"Kami selalu melihat hal yang sama dengan gempa bumi, sayangnya, laporan awal jumlah orang yang meninggal atau terluka akan meningkat cukup signifikan pada hari berikutnya," kata Catherine Smallwood, pejabat darurat senior WHO untuk Eropa.
Oleh karenanya pemerintah Turki telah meminta bantuan internasional kepada NATO dan Uni Eropa (UE) untuk menyelamatkan negara dan warganya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres telah menyerukan tanggapan internasional terhadap bencana tersebut, dengan mengatakan banyak korban yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan terutama di daerah-daerah yang sulit terakses bantuan.
Bahkan sudah puluhan negara turut menawarkan bantuan, termasuk Indonesia.
Belum lama ini Indonesia juga telah mengirimkan bantuan berupa mi instan dan kebutuhan lain untuk para korban gempa Turki.
Uni Eropa mengirimkan tim pencarian dan penyelamatan ke Turkiye, sementara tim penyelamat dari Belanda dan Rumania sudah dalam perjalanan.
Inggris mengatakan akan mengirim 76 dokter spesialis, peralatan, dan anjing pelacak.
Kemudian, Prancis, Jerman, Israel, dan AS juga telah berjanji untuk membantu.
Baca juga: Gempa Turki Runtuhkan Kastil Gaziantep, Situs Bersejarah yang Dibangun Abad ke-17
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan bantuan kepada Turki dan Suriah, seperti halnya Iran.
Terlepas dari itu, Turkiye merupakan salah satu negara yang berada di zona rawan terhadap bencana gempa bumi.
Pada 1999, gempa dahsyat yang berpusat di barat laut Turki menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Tak hanya itu, gempa bumi terburuk juga telah mengguncang negara itu pada 1939, ketika 33.000 orang meninggal di provinsi Erzincan timur Turkiye.

10 WNI Luka
Di sisi lain, seorang WNI di Turkiye, Winda menceritakan detik-detik saat gempa bumi magnitudo 7,8 dan gempa susulan melanda Turkiye dan Suriah, Senin (6/2) pagi waktu setempat.
Diketahui sebelumnya gempa bumi yang terjadi itu telah menewaskan ribuan jiwa.
Laporan Selasa (7/2) korban tewas sudah mencapai 4000 orang lebih.
Sementara sisanya mengalami luka baik ringan maupun serius.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat, terdapat 10 warga negara Indonesia (WNI) yang mengalami luka-luka gempa bumi bermagnitudo 7,8 di selatan Turkiye, Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, Osmaniye.
Juru bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengatakan, enam WNI di antaranya sedang dievakuasi, dan empat di antaranya sudah menjalani perawatan medis. "Enam yang dievakuasi, empat (sudah) menjalani perawatan," ujar Teuku saat jumpa pers virtual.
Kesaksian Warga Negara Indonesia (WNI), Winda Trimelia Utami yang tinggal di Provinsi Adana, Turkiye, menceritakan detik-detik terjadinya gempa magnitudo 7,8 melanda wilayah tersebut.
Winda mengatakan dirinya tinggal di asrama yang berada dalam bangunan lima lantai.
Baca juga: Gempa M 7,8 di Turki, 10 WNI Alami Luka-luka
Menurut Winda, getaran keras gempa terasa di sepuluh provinsi di dekat pusat gempa, termasuk di tempatnya tinggal.
Saat terjadi gempa, Winda menjelaskan, dirinya sedang tidur karena saat itu masih pagi.
Pada waktu itu, ia sempat tak bisa keluar dari ruangan.
“(Getarannya) sangat terasa sekitar dua sampai tiga menit kami menunggu di dalam ruangan, di bawah meja, tidak bisa keluar, karena guncangannya sangat besar,” kata Winda.
Setelah tiga sampai lima menit, ia akhirnya bisa keluar dari kamar.
Winda mengungkapkan, saat ini semua mahasiswa di asramanya mengungsi di tempat yang aman.
Meski begitu, ia bersyukur asramanya tak mengalami kerusakan parah karena bangunan asrama itu aslinya merupakan shelter gempa.
Baca juga: Gempa Turki, Masjid Tua Yeni Camii Berusia Ratusan Tahun Roboh
“Tapi kami masih belum bisa masuk ke asrama sampai saat ini, karena ditakutkan adanya gempa susulan yang akan datang,” tuturnya.
Winda juga menegaskan, semua aktivitas dihentikan termasuk perkuliahan, dan memprakirakan hal itu akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Kini, Winda mengatakan dirinya mengungsi ke sebuah desa yang jauh dari pusat kota.
"Sekarang kami mengungsi di sebuah desa dan menjauh dari kota karena di kota banyak bangunan tinggi dan retak-retak, jadi kami diungsikan sementara," kata Winda.
Meski berada di desa, tetapi diungkap Winda mereka tak boleh berada di rumah.
Mereka hanya diperbolehkan masuk ke rumah untuk mengambil makanan-makanan dan persediaan yang dibutuhkan selama mengungsi.
"Walaupun kami di desa tapi kami tidak boleh masuk ke rumah, takut ada gempa susulan datang. Kami hanya diperbolehkan masuk ke rumah 10 menit untuk mengambil makanan," lanjut Winda.
Baca juga: 3 WNI Jadi Korban Luka Gempa di Turki, KBRI Beri Sejumlah Imbauan
Sayangnya Winda dan pengungsi lainnya pun tak memiliki tempat untuk beristirahat, yang membuat mereka terpaksa harus berada di dalam mobil.
"Di sini suasannya hujan bahkan di beberapa tempat ada turun salju sehingga kami berada di mobil untuk menghangatkan tubuh," kata Winda.
Duta Besar Indonesia untuk Turkiye, Lalu M. Iqbal mengatakan masih ada seorang ibu dan dua anaknya yang sampai saat ini tidak dapat dihubungi. Menurut Iqbal, seorang ibu dan dua anaknya itu tinggal di Antakya.
KBRI Ankara sudah mencoba menghubungi melalui simpul-simpul masyarakat Indonesia di sana dan menghubungi otoritas setempat.
Namun belum membuahkan hasil sehingga tim masih mencoba memastikan lagi.
"Sampai saat ini belum berhasil kami hubungi tapi akan terus kami coba," kata Iqbal.
Di Diyarbakir juga ada dua orang pekerja spa yang belum berhasil dihubungi KBRI, bahkan rekan satu kerja belum bisa menghubungi keduanya.
"Tim yang akan melakukan evakuasi ke Diyarbakir juga akan mencari warga kita ini," ujarnya.
Dubes Iqbal melaporkan, cuaca di Turki saat ini juga sangat ekstrem dan terjadi badai salju sehingga sulit melakukan pergerakan.
Namun perwakilan RI bersama pemerintah Turki terus memaksimalkan upaya evakuasi."Diperkirakan lebih dari 10 ribu bangunan hancur," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul WHO Serukan Internasional Bantu Penganan Korban Gempa Turkiye dan Suriah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.