TRIBUNTRAVEL.COM - Paspor Jerman dan Spanyol ditetapkan sebagai yang paling kuat di Eropa pada 2022, menurut Henley Passport Index.
Paspor Jerman berada di posisi kedua terkuat di dunia berdasarkan laporan Henley Passport Index.
Henley Passport Index meranking paspor negara-negara di seluruh dunia dalam hal jumlah tujuan yang dapat diakses oleh pemegangnya tanpa harus mengajukan permohonan visa terlebih dahulu, dilaporkan schengenvisainfo.com.
Laporan paspor terkuat di dunia tersebut berdasarkan data dari International Air Transport Association (IATA).
Baca juga: Paspor Jepang Terkuat di Dunia pada 2022, Warganya Bisa Kunjungi 193 Negara Tanpa Visa
Bersama dengan Spanyol, Jerman menempati posisi ketiga di dunia dengan 190 negara yang dapat dikunjungi tanpa visa atau dengan visa on arrival.
Lalu, negara manakah dengan paspor terkuat di dunia?
LIHAT JUGA:
Dalam laporan Henley Passport Index yang dirilis pada Selasa (19/7/2022), paspor terkuat di dunia dipegang oleh Jepang.
Paspor Jepang memungkinkan pemegangnya untuk mengunjungi total 193 negara di seluruh dunia tanpa visa.
Kemudian pada posisi kedua di dunia ditempati oleh Singapura dan Korea Selatan.
Baca juga: Tips Ampuh Agar Tak Kehilangan Paspor saat Liburan ke Luar Negeri
Pemegang paspor kedua negara tersebut dapat mengunjungi 192 negara bebas visa.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa posisi keempat ditempati oleh tiga negara Eropa, yaitu Finlandia, Italia, dan Luksemburg.
Ketiga negara tersebut paspornya memiliki skor 189, yang artinya pemegang paspornya dapat mengunjungi 189 negara tanpa visa.
Kemudian pada posisi kelima di dunia terdapat empat negara Eropa yang dapat mengunjungi 188 negara tanpa visa.
Di antaranya Austria, Denmark, Belanda, dan Swedia.
Pada saat yang sama, indeks menunjukkan bahwa negara-negara Eropa seperti Prancis, Irlandia, Portugal, dan Inggris menempati posisi keenam, dengan skor bebas visa dan visa saat kedatangan 187.
Belgia, Norwegia, dan Swiss berbagi posisi ketujuh dengan negara-negara non-Eropa, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, memungkinkan pemegangnya untuk mengunjungi 186 negara tanpa harus mengajukan permohonan visa terlebih dahulu.
Dalam hal paspor paling kuat di dunia, Yunani, Malta, dan Republik Ceko menempati urutan kedelapan.
Pemegang paspor ini dapat melakukan perjalanan bebas visa ke total 185 tujuan.
Baca juga: Bekas Gigitan Anaknya Rusak Foto Paspor, Wanita Dihentikan Pihak Bandara
Di posisi kesembilan ditempati Hungaria, dengan skor bebas visa dan visa-on-arrival 183.
Sedangkan posisi ke-10 dimiliki oleh Lituania, Polandia, dan Slovakia, yang mengizinkan pemegang paspor mereka untuk bepergian 182 negara tanpa visa.
Paspor terlemah di dunia
Henley Passport Index tak cuma mengumumkan paspor terkuat di dunia.
Pada saat yang sama, Henley Passport Index mengungkapkan bahwa beberapa negara memiliki skor bebas visa dan visa on arrival di bawah 40.
Itu artinya, negara-negara tersebut hanya dapat mengunjungi kurang dari 40 negara tanpa visa atau dengan visa on arrival.
Baca juga: Gara-gara Salah Bawa Paspor, Turis Ditahan di Bandara & Gagal Liburan Romantis dengan Sang Istri
Negara-negara yang dimaksud di antaranya:
- Korea Utara: 40 negara
- Nepal, Palestina: 38 negara
- Somalia: 35 negara
- Yaman: 34 negara
- Pakistan: 32 negara
- Syria: 30 negara
- Irak: 29 negara
- Afghanistan: 27 negara
Baca juga: Cara Membuat Paspor Online 2022 Lengkap dengan Dokumen yang Harus Dipersiapkan
Sebagai informasi, Indeks Paspor Henley memberi peringkat 199 negara berdasarkan jumlah tujuan yang dapat dikunjungi pemegangnya tanpa visa.
Ketua Henley Passport Index Dr. Christian H. Kaelin mengatakan kepada Travel+Leisure, hasil terbaru dari Henley Passport Index adalah pengingat yang menggembirakan setelah pandemi Covid-19 mengentikan aktivitas bepergian.
"Hasil terbaru dari Henley Passport Index adalah pengingat yang menggembirakan dari keinginan yang sangat manusiawi untuk konektivitas global bahkan ketika beberapa negara bergerak menuju isolasionisme dan autarki," jelas Dr. Christian.
"Guncangan pandemi tidak seperti apapun yang terlihat dalam hidup kita, dan pemulihan dan reklamasi kebebasan perjalanan kita, dan naluri bawaan kita untuk bergerak dan bermigrasi akan memakan waktu," sambungnya.
(TribunTravel.com/SA)