TRIBUNTRAVEL.COM - Ada larangan mudik, para penyedia jasa transportasi bus antar kota dalam provinsi (AKDP) terkena imbasnya.
Mereka harus menerima nasib jumlah penumpang berpotensi terjun bebas selama penerapan itu.
Apalagi, sejumlah bus antar kota antar provinsi (AKAP) akan setop operasional mulai 6 Mei 2021.
Mandor bus, Catur menjelaskan bus jurusan pulang pergi Solo - Wonogiri menjadi satu yang terdampak.
Itu karena 85 persen penumpangnya berasal dari bus AKAP yang melanjutkan perjalanan.
"Dampaknya besar sekali dengan adanya penyekatan. Kalau lingkup lokal kemungkinan tidak bisa merayakan berkah Lebaran," kata dia kepada TribunSolo.com, Rabu (5/5/2021).
"Kru bus sudah menangis," tambahnya membeberkan.
Ditambah, pemasukan mereka sudah terperas gegara pandemi Covid-19. Jumlah penumpang tiarap.
Baca juga: Bus AKAP Bisa Beroperasi dan Angkut Penumpang Selama Penyekatan Mudik, Ini Syaratnya
Baca juga: Ada Pasangan Muda Pelukan Dalam Bus, Pria Tua Ini Marah & Minta Sopir Bus Panggil Polisi
"Jumlah penumpang yang dibawa tidak pasti. Bus Solo - Wonogiri bawa 10 penumpang saja itu sudah juara," ucap Catur.
"Bila besok (saat masa larangan mudik) dipaksakan beroperasi, kemungkinan penumpang kosong," tambahnya.
Selain berkurangnya jumlah penumpang, pandemi Covid-19 membuat perusahaan otobus AKDP mengurangi jumlah armada yang beroperasional.
Mereka memangkas hingga 75 persen dari total jumlah.
"Minimal 5 armada yang jalan. Itu dampak wabah pandemi Covid-19," ucapnya.
Jeritan Sopir Truk
Sopir truk muatan barang material sudah siap-siap libur selama 14 hari.
Pasalnya, pada H-7 hingga H+7 Lebaran truk selain bermuatan logistik biasa akan dilarang beroperasi.
Menurut Penasehat dan Pengawas Paguyuban Sopir Truk Sukoharjo (Pasotjo) Aliadi, sebanyak 60 persen anggotanya merupakan sopir truk material.
"Kalau yang anggota kami yang 40 persen itu masih bisa jalan, karena mereka luar kota dan biasa mengangkut logistik," katanya saat pembagian Takjil di Terminal Sukoharjo, Minggu (2/5/2021).
Dia mengatakan, selama pandemi Covid-19 ini memang sopir truk yang bermuatan bahan material terdampak secara ekonomi.
Mereka mengaku mengalami penurunan omset hingga 70 persen sehingga mengalami tekanan secara ekonomi.
"Tapi untuk tahun ini sudah lebih baik dari tahun kemarin," ujarnya.
Ketua Pasotjo mengatakan, pihaknya berharap ada perhatian dari pemerintah.
"Saya sempat ajukan bantuan ke Dishub, tapi sekarang belum ada kelanjutannya," ujarnya.
Meski sopir truk ini juga merasakan dampak ekonomi dari Covid-19, namun mereka tetap menyisihkan rejeki mereka untuk berbagai.
Ya, puluhan anggota Pasotjo menggelar bagi-bagi takjil di lampu merah Terminal Sukoharjo.
Menurut Penasehat dan Pengawas Pasotjo Aliadi, ada 76 anggota Pasotjo yang ikut acara ini.
"Kita sisihkan rejeki kita untuk berbagi kepada sesama pengguna jalan. Karena pekerjaan kami sebagai sopir, hidupnya di jalan juga," ujarnya.
Dalam pembagian takhil itu, Pasotjo bersama komunistas truk lain, yakni TSR.
"Dari kami 400 paket takjil, dan dari TSR 200 paket," tandasnya.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Larangan Mudik Lebaran 2021, Terminal Bus Klari Karawang Tutup Sementara
Sopir Taksi Mengeluh
Dampak pandemi yang sudah setahun lebih benar-benar membuat sopir taksi dan agen bus terpuruk minta ampun di Kota Solo.
Di antaranya sopir taksi di kawasan Stasiun Solo Balapan resah adanya larangan mudik yang sudah diputuskan pemerintah terlebih setahun kena pandemi
Sopir Taksi Paguyuban Sahabat, Waskito (48) mengatakan, sepinya penumpang taksi karena dampak larangan mudik 2021 yang sudah terasa.
"Sebenarnya udah mulai normal, tapi karena ada larangan mudik ini jadi sepi lagi," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/4/2021).
Waskito hanya bisa pasrah dan berharap ada pemudik sebelum pelarangan.
"Biasanya ada yang nekat, tapi ini belum ada tanda-tanda," ungkapnya.
Ia mengaku sehari-hari gara-gara pandemi hanya bisa mengakut 1-3 penumpang.
"Mentok tiga penumpang dari satu hari full sampai malam," ungkapnya.
Dengan tarif Rp 5000 setiap per kilometernya, biasanya sekali perjalanan mendapat uang Rp 150 ribu dengan jarak tempuh 30 kilometer.
Tapi karena adanya pembatasan ini, Waskito mengangkut penumpang di dalam Kota Solo dengan tarif paling jauh sekitar RP 40 ribu.
"Saya narik sejak 2017, tapi baru kali ini sepinya minta ampun," aku dia.
"Semua itu buat keluarga, punya anak dua masih sekolah, mau engak mau harus bertahan," jelasnya.
TONTON JUGA:
Agen Tuntut Sewa Murah
Terpisah, sekitar 60 agen bus yang tergabung dalam Paguyupan Agen Bus Terninal Tirtonadi, tuntut penurunan tarif sewa blok.
Ketua Pageyupan Agen Bus Terminal Tirtonadi Ibnu mengatakan, tuntutan ini berkaitan akan habisnya masa sewa blok agen pada bulan April ini.
"Masa pademi sepi pembeli tiket, ditambah lagi biaya sewa mau habis bulan ini," aku dia.
Ibnu mengaku biaya sewa belum pernah ada keringganan dari pihak terminal.
"Dari dulu biaya sewa per blog Rp 2 juta satu tahunnya. Tapi kan ini sepi pembeli mau di bayar pakai apa?," kata dia.
Terkait upaya tuntutan pengurangan biaya sewa ini, Ibnu sudah mencoba berkoordinasi dengan pihak Terminal Tirtonadi.
Akan tetapi, menurut pengakuan Ibnu, proses pengajuannya belum berjalan.
"Kemarin sempat koordinasi, pihak terminal bilang harus ada persetujuan dari Dinas perhubungan, bisanya cuma pasrah," ungkapnya.
"Kami hanya bisa berharap, setahun ini ekonomi sulit," harap dia. (*)
Baca juga: Sopir Bus Antar Jemput Dipecat Akibat Main Game Melalui Ponsel saat Mengemudi
Baca juga: Ini Ketentuan Orang yang Boleh Bepergian Selama Masa Larangan Mudik Lebaran 2021
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Ada Larangan Mudik, Ini Nestapa Sopir Bus di Solo Sampai Menangis, Dipaksakan Penumpang Tetap Kosong.