TRIBUNTRAVEL.COM - Menyantap seporsi makanan pedas, biasanya orang akan memesan segelas es teh manis sebagai penawarnya.
Meski minum es tidak benar-benar menghilangkan rasa pedas di mulut, tapi sensasi dinginnya terasa menyegarkan.
Yups, menambahkan es batu dalam minuman membuat rasanya lebih segar.
Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, bagaimana awal mula keberadaan es batu khususnya di Indonesia?
Ternyata es batu punya sejarah panjang dan unik di tanah air.
Dulu, es batu hanya mampu dibeli kalangan menengah ke atas dan orang-orang yang punya kedudukan.
Es yang harganya cuma 500 perak ini dulu dianggap sebagai hidangan mewah.
Dilansir TribunTravel dari berbagai sumber, pada 16 November 1846 merupakan impor es batu pertama kali dilakukan di Indonesia.
Pemerintah kolonial-lah yang sengaja membawa es batu ke daerah tropis.
Es batu diimpor dari Boston, Amerika Serikat ke Indonesia menggunakan kapal pesiar.
Es tersebut merupakan pesanan Roselie en Co.
Setelah kapal pesiar itu tiba di Indonesia, kabar kedatangannya dimuat dalam surat kabar bernama Javasche Courant.
Banyak rakyat dibuat penasaran dengan muatan kapal tersebut.
Dalam postingan Facebook Historical Trips disebutkan, harian Javasche Courant tanggal 3 Februari 1847 pernah memberitakan kaum pribumi menyebut es batu sebagai sesuatu yang mengeluarkan uap dan terlihat menakjubkan.
Bahkan ada sebagian yang menganggapnya sebagai batuan kristal.
Karena zaman dahulu belum ada lemari pendingin, balok-balok es itu ditutupi dengan selimut wol supaya tidak mencair.
Pada 1870, para pendatang kulit putih sangat senang minum segelas air ditambahkan dengan es batu di dalamnya.
Ya, dulu es batu hanya bisa dinikmati kaum elit Belanda yang ada di kawasan Weltevreden (Sawah Besar, Jakarta Pusat) atau Meester (Jatinegara, Jakarta Timur) saja.
Harga 500 gram es batu pada saat itu sekitar 10 sen gulden.
Pada zaman kolonial, nominal ini dinilai sangat mahal.
Bahkan orang Belanda biasa tak bisa menikmati segarnya minuman dingin yang dicampur es batu kala itu.
Es batu juga disuguhkan saat acara-acara penting dan merupakan hidangan mewah.
Baru 25 tahun setelahnya, sebuah pabrik es pertama dibuka di Batavia di jalan Gajah Mada kawasan Petojo.
Karena pabrik tersebut berada di wilayah Petojo, maka warga menamai es batu tersebut dengan sebutan Es Petojo.
Pabrik Es Petojo kemudian berkembang ke berbagai daerah di Pulau Jawa di antaranya Bandung, Bogor, Sukabumi, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, Semarang dan Solo.
Produk-produk yang dihasilkan Pabrik Es Saripetojo adalah block ice, tube ice, cube ice, crusher ice, dan carving ice. (TribunTravel.com/tyas)
Baca juga: Libur Tahun Baru Imlek di Singkawang, Jangan Lewatkan 5 Kuliner Legendaris Ini untuk Dicicipi
Baca juga: 8 Tempat Wisata Instagramable di Riau, dari Air Terjun Lubuk Bigau hingga Pulau Jemur.
Baca juga: 6 Soto Enak di Solo untuk Sarapan, Cobain Soto Triwindu yang Legendaris
Baca juga: Resep Rujak Juhi, Kuliner Khas Betawi yang Kini Mulai Langka
Baca juga: Resep Nasi Kacang Hijau Ubi Merah, Kreasi Menu Sarapan Lezat, Hemat dan Bergizi