TRIBUNTRAVEL.COM - Belum lama ini pihak maskapai United Airlines menawarkan imbalan kepada seorang pria yang membantu penumpang sekarat karena Covid-19 di pesawat.
Setelah melakukan CPR pada penumpang United Airlines yang pada akhirnya meninggal dunia karena Covid-19, pria yang mempertaruhkan nyawanya itu mengatakan jika dirinya mendapatkan voucher senilai 200 dolar As atau setara kurang lebih Rp 2,8 jutaan dari pihak maskapai.
Voucher itu diberikan untuk rasa ketidaknyamanan atas apa yang telah terjadi.
Tony Aldapa sebelumnya mengatakan bahwa dia sebenarnya takut tertular virus corona selama melakukan CPR.
Namun baru-baru ini Aldapa dihubungi oleh United Airlines yang menawarkan voucher tersebut pada 14 Januari 2021, tepat satu bulan setelah terjadinya keadaan darurat dalam penerbangan.
"Jumlah voucher tidak mengganggu saya," kata Aldapa kepada Fox News.
Baca juga: 6 Hal yang Dirahasiakan Maskapai Penerbangan dari Penumpang, Termasuk Urusan Kehilangan Bagasi
"Saya belum berbagi cerita saya untuk keuntungan moneter. Saya tidak pernah meminta penggantian apapun dari maskapai penerbangan, saya tidak pernah mengancam tuntutan hukum apapun dan saya tidak pernah meminta imbalan apapun dari outlet berita manapun yang telah memberi saya waktu untuk berbicara dengan mereka. Yang mengganggu saya adalah kenyataan bahwa yang saya terima hanyalah voucher dan panggilan telepon dari perwakilan layanan pelanggan yang terdengar seperti dia diberi catatan tempel yang bertuliskan, 'Hei, telepon orang ini, dia dalam penerbangan dan membantu'."
"Itu tamparan di wajahnya," tambahnya.
Saat dia memberi tahu Fox News Aldapa bingung mengapa United Airlines tidak menanyakan kesehatannya setelah mengetahui bahwa dia, bersama dengan dua penumpang lainnya, telah 'merusak' pantat mereka selama satu jam ketika mencoba memberi pertolongan pria yang sekarat itu selama penerbangan 14 Desember.

Jika gagal, dia mengatakan akan menghargai pengakuan apa pun.
"Pernyataan apa pun tentang apa yang terjadi dari siapa pun di perusahaan pasti bagus, tentang kami penumpang yang membantu, tentang pramugari atau pilot, apa pun yang menunjukkan bahwa petinggi di perusahaan mengikuti cerita itu. Tapi satu-satunya hal Saya pernah lihat ada pernyataan yang mengatakan bukan tanggung jawab mereka untuk memberi tahu penumpang, "katanya.
Aldapa pertama kali menjelaskan kepada TMZ bahwa dia terakhir dihubungi oleh United Airlines pada hari Kamis.
Selama panggilan itu, Aldapa mengklaim bahwa perwakilan United Airlines memberi tahu dia kalau dia akan menerima voucher melalui email dan ucapan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.
"Perwakilan tersebut tidak pernah menyebutkan kalau penumpang yang terkena Covid-19 telah dinyatakan meninggal setelah pesawat melakukan pendaratan darurat di New Orleans," kata Aldapa kepada TMZ.
Sebaliknya, pesan dalam email tersebut malah berisi tawaran voucher dan permintaan maaf atas "ketidaknyamanan yang Anda alami pada perjalanan Anda baru-baru ini."
Kemudian TMZ melaporkan Steven Chang, penumpang lain yang membantu CPR dalam penerbangan, yang juga ditawari voucher.
Beberapa penumpang lain dalam penerbangan yang berbicara dengan outlet, tetapi tidak membantu dengan CPR, mengklaim bahwa mereka telah mendapatkan penawaran yang sama dari United.
Perwakilan United Airlines tidak segera menanggapi permintaan informasi lebih lanjut pada Senin (18/1/2021) pagi.
United Airlines sebelumnya telah mengkonfirmasi kepada Fox News bahwa CDC telah meminta maskapai untuk membagikan informasi penumpang setelah penumpang tersebut meninggal setelah keadaan darurat medisnya dalam penerbangan yang dijadwalkan untuk terbang dari Orlando ke Los Angeles.
Setelah pendaratan darurat pesawat di New Orleans, kantor koroner di Louisiana menentukan penyebab kematiannya adalah gagal napas dan COVID-19.
Namun, Aldapa dan penumpang lain (yang membagikan akunnya ke Twitter) sebelumnya telah mengklaim bahwa selama keadaan darurat dalam penerbangan, istri dari penumpang yang kini telah meninggal tersebut mengklaim bahwa ia menderita sesak napas, serta kehilangan rasa dan bau.
Dalam wawancara sebelumnya, Aldapa juga mengatakan kepada Fox News bahwa, meski dia tidak pernah secara pribadi mendengarnya menggambarkan gejala suaminya, dia secara eksplisit mengatakan dia belum diuji untuk COVID-19 sebelum penerbangan.
Aldapa sendiri kemudian mengatakan jika dia mengalami gejala ringan yang terkait dengan COVID-19 tetapi akhirnya dinyatakan negatif.
"Pada akhirnya, risiko terhadap nyawanya, menurut saya, melebihi potensi risiko COVID-19," katanya kepada Fox News pada bulan Desember.
"Pada saat itu, dia membutuhkan CPR dan itulah yang akan memperpanjang peluangnya untuk bertahan hidup."
Aldapa juga memuji tindakan awaknya, menyebut pramugari yang sedang bertugas "luar biasa".
Insiden dalam penerbangan, yang terjadi pada 14 Desember, terjadi hanya beberapa hari sebelum United Airlines meluncurkan program pelacakan kontak dalam kemitraan dengan CDC.
Baca juga: American Airlines Jadi Maskapai Pertama yang Gunakan Paspor Kesehatan Digital
Baca juga: Maskapai Ini Akan Pensiunkan Setengah dari Armada Pesawat A380 yang Mereka Miliki
Baca juga: Maskapai Emirates Menangguhkan Seluruh Penerbangan ke 3 Kota Besar di Australia
Baca juga: Mantan Kru Kabin Maskapai Ini Beberkan Kebiasaan Menjengkelkan Penumpang di Pesawat
Baca juga: Maskapai Ini Wajibkan Penumpang Duduk 1 Jam Setelah Lepas Landas dan Sebelum Mendarat
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)