Breaking News:

Ikut Diturunkan Paksa dari Pesawat Seusai Temuan Bayi Prematur di Bandara, Nenek Ini Beri Kesaksian

Seorang nenek berusia 73 tahun memberikan kesaksiaan setelah insiden penurunan paksa belasan wanita dari penerbangan Qatar Airways.

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Abdul Haerah HR
ABC/ Kathryn Ward dan parents.com
Kolase foto Ffranses Ingram dan ilustrasi bayi yang ditemukan di bandara Internasional Hamad. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang nenek berusia 73 tahun memberikan kesaksiannya setelah insiden penurunan paksa belasan wanita dari penerbangan Qatar Airways.

Sebelumnya media ramai memberitakan bagaimana seorang penumpang wanita yang mengaku jika dirinya diminta melepaskan pakaian dan diminta menunjukkan alat kelaminnya, guna memeriksa apakah dia ibu dari bayi prematur yang ditemukan di toilet Bandara Internasional Hamad.

Ffranses Ingram (73) yang turut diturunkan paksa dari pesawat mengira jika dirinya bersama belasan wanita Australia lainnya mengalami situasi penyanderaan saat itu.

Menurut laporan ABC, sejumlah wanita Australia tersebut menjadi sasaran pemeriksaan internal ketika otoritas bandara mencari ibu dari bayi prematur yang ditemukan di toilet bandara.

Baca juga: Bayi Prematur Ditemukan di Bandara, Wanita Ini Dipaksa Buka Pakaian dan Tunjukkan Bagian Sensitif

Insiden itu tentunya memicu kemarahan di Australia, dan membuat geram para pejabat serta politisi di Canberra.

"Saya sekarang merasa marah setiap hari, dan lebih takut serta lebih peduli pada gadis-gadis di pesawat setelah menyadari sejauh mana pemeriksaan dilakukan kepada mereka," kata Ingram kepada ABC.

"Ini benar-benar mengerikan dan menjijikan," imbuhnya.

Saat itu Ingram sedang dalam perjalanan kembali ke Australia setelah dirinya menjalani perawatan mata di Jerman.

"Kami berada di landasan selama sekitar empat jam dan mereka terus menceritakan kisah yang berbeda kepada kami," katanya.

Ffranses Ingram berada di pesawat yang akan terbang dari Doha ke Australia ketika dia diperintahkan untuk meninggalkan pesawat bersama penumpang wanita lainnya.
Ffranses Ingram berada di pesawat yang akan terbang dari Doha ke Australia ketika dia diperintahkan untuk meninggalkan pesawat bersama penumpang wanita lainnya. (ABC/ Kathryn Ward)

"Dan kemudian kami menunggu mungkin sekitar satu jam lagi, dan kemudian kru pesawat berkata, 'Kita lepas landas sekarang'. Dan kemudian dikatakan, 'Tuan dan Nyonya, kami mendapat masalah keamanan'," sambung Ingram.

2 dari 4 halaman

"Dan saya berpikir, 'Oh tidak, Sydney tidak akan menerima kita kembali. Mereka telah memutuskan untuk menutup bandara'," jelasnya.

Ingram menjelaskan jika dirinya dan penumpang wanita lainnya diminta turun dari pesawat dengan membawa paspor masing-masing.

"Kemudian saya ketakutan karena saya berpikir, 'Oh ini adalah pembajakan, di mana para wanita diijinkan pergi dan para pria akan disandera',"jelas Ingram.

Dia dan 17 wanita lainnya, termasuk 12 warga Australia dikawal turun dari pesawat dan masuk ke bandara.

"Saya berkata kepada pramugari, 'Apa yang terjadi?' dan dia berkata, 'Tidak, kamu hanya perlu ikut denganku'. Dan aku merasa ada kejanggalan waktu itu," ungkap Ingram.

"Saya dibawa dengan lift dan ketika berada di luar bandara, saya dikelilingi polisi. Dan sekali lagi saya berkata kepada pramugari tersebut, 'Saya sangat ketakutan', jantungku berdebar-debar dan dia tetap tidak mau memberitaku," imbuhnya.

"Dan kemudian saya melihat wanita lain dan mendatangi mereka, dan salah satu dari mereka mengatakan bahwa mereka telah diperiksa terkait temuan seorang bayi di bandara dan mereka berusaha menemukan ibunya," kata Ingram.

Wanita berusia 73 tahun itu mengatakan bahwa dia menyadari ada ambulans di luar bandara tetapi ketika gilirannya maju, dia diminta untuk tidak masuk ambulans.

"Mereka tidak menginginkan saya, tentu saja. Jelas jika itu sebabnya mereka memeriksa - untuk persalinan - jelas bukan saya," kata ibu tiga anak itu.

Ingram mengatakan dia sangat marah dengan Qatar Airways dan pengalaman itu membuatnya mempertanyakan apakah dia akan terbang ke wilayah itu lagi.

3 dari 4 halaman

"Saya pikir sebagai penumpang Qatar, saya akan dilindungi oleh maskapai penerbangan dan sebagai pelancong internasional saya dilindungi," katanya.

"Tapi ternyata tidak. Kami diseret turun dari pesawat seperti Petrov yang berkedip di sini di Sydney bertahun-tahun lalu," ungkapnya kesal.

Dia berkata jika dia menyadari apa yang terjadi di dalam ambulans dia akan memprotes dengan keras.

"Saya punya tongkat saya jadi saya bisa.... Saya tidak tahu seberapa jauh saya bisa memukul mereka, tapi saya, tentunya sebagai wanita yang lebih tua, akan menolak," kata Ingram.

"Jika saya tahu itu terjadi pada gadis-gadis itu dan jika saya berada di sana pada awalnya, saya pasti akan jauh lebih blak-blakan tentang apa yang terjadi," lanjutnya.

Tonton juga:

Namun beberapa saat Ingram mulai memikirkan tentang wanita yang meninggalkan bayinya yang baru lahir di kamar mandi.

"Ya Tuhan, ibu yang malang dari bayi itu - apa yang akan terjadi padanya?" dia berkata.

"Aku hanya berharap mereka tidak pernah menemukannya. Situasi apa yang harus dia alami untuk meninggalkan bayinya di toilet," kata Ingram.

"Maksudku, hanya saja yang tak terbayangkan. Setidaknya di negara ini pasti ada bantuan. Tapi di sana… kamu hanya takut untuk berpikir," pungkasnya.

Baca juga: 5 Hal Dasar Tentang Visa Korea Selatan yang Wajib Traveler Ketahui

Baca juga: Kelebihan E-Paspor Dibanding Paspor Biasa, Tak Perlu Bikin Visa untuk Kunjungi Jepang

Baca juga: Terjawab Sudah 5 Pertanyaan Terkait Temuan Air di Bulan, Termasuk dari Mana Asalnya

Baca juga: Tak Dengar Imbauan Pramugari, Penumpang Tunarungu Dikeluarkan Paksa dari Pesawat

Baca juga: Pendeta Ini Bantah Rumor Tentang Dirinya yang Buang Air Kecil ke Arah Wanita di Pesawat

4 dari 4 halaman

(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
bayi prematur di bandaraQatar AirwaysPenumpang Qatar Airways
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved