TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang wanita Australia mengaku bahwa dirinya ditelanjangi oleh pihak berwenang di Bandara Qatar.
Insiden ini terjadi setelah bayi prematur ditemukan di bandara tersebut.
Wanita itu mengatakan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan gugatan hukum atas insiden menakutkan tersebut.
Menurut laporan ABC, Selasa (27/10/2020), dua penumpang pesawat bernomor penerbangan QR908 mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang terjadi pada mereka ketika semua wanita di pesawat diminta untuk turun setelah pesawat delay 3 jam pada 2 Oktober 2020.
Kedua wanita yang tidak disebutkan identitasnya ini sebelumnya melakukan perjalanan udara ke Sydney.
Baca juga: Rusak Toilet Pesawat, Pria Ini Didenda Rp 747 Juta dan 1 Tahun Hukuman Penjara
Pesawat yang harusnya meninggalkan Bandara Internasional Hamad pada pukul 20.30.
Tetapi pesawat delay selama tiga jam setelah bayi prematur ditemukan di bandara.
Salah satu wanita mengatakan bahwa semua wanita dewasa dikeluarkan dari pesawat oleh pihak berwenang dan dibawa ke dalam dua mobil ambulans yang sudah menunggu di luar bandara.

"Tidak ada yang bisa berbahasa Inggris atau memberitahu kami apa yang terjadi. Mengerikan," katanya.
"Kami berjumlah 13 orang dan kami semua harus pergi," lanjutnya.
Ia menambahkan, "Seorang ibu di dekat saya bahkan harus meninggalkan anak-anaknya yang tertidur di pesawat."
"Ada juga seorang wanita tua yang mengalami gangguan penglihatan dan dia harus pergi juga. Saya yakin dia digeledah," imbuhnya.
Dia mengatakan jika dirinya menghormati hukum dan budaya Qatar, namun saat ini dia sedang mempertimbangkan untuk mengajukan gugatan hukum.
"Jika 12 wanita lainnya melakukan class action, saya pasti akan menjadi bagian dari itu," katanya.
Tanggapan Menteri Luar Negeri Australia
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengatakan insiden ini sangat menganggu dan menyangkut serangkaian peristiwa.
Insiden ini pun sudah dilanjutkan ke Polisi Federal Australia (AFP).
Dalam sebuah pernyataan, pihak bandara mengonfirmasi bahwa bayi itu aman dan dirawat di Qatar.
Para profesional medis juga menyatakan keprihatinannya kepada pejabat tentang kesehatan dan kesejahteraan seorang ibu yang baru saja melahirkan dan meminta agar dia dirawat sebelum penerbangan.
Penumpang wanita lain yang berbicara kepada ABC mengatakan, dia bersama enam wanita lainnya mulai panik ketika mereka menyadari bahwa mereka dibawa ke luar bandara.
"Ketika saya masuk ke sana, dan ada seorang wanita mengenakan masker dan kemudian pihak berwenang menutup pintu ambulans dan menguncinya," kata wanita tersebut.
"Mereka tidak menjelaskan apapun. Dia menyuruh saya untuk menurunkan celana saya dan mengatakan bahwa mereka perlu memeriksa alat kelamin saya," lanjutnya.
Wanita itu melanjutkan, "Saya berkata, 'Saya tidak mau melakukan itu' dan mereka tidak menjelaskan apapun kepada saya. Mereka hanya terus berkata, 'Kita perlu melihatnya, kita perlu melihatnya'."
"Saya melompat ke luar dan kemudian berlari ke wanita-wanita lain. Tidak ada tempat bagi saya untuk lari," katanya.
Wanita itu berkata bahwa dia melepas pakaiannya dan diperiksa, disentuh oleh perawat wanita.
"Saya panik, semua orang menjadi pucat dan gemetar," katanya.
"Saya sangat takut saat itu, saya tidak tahu apa yang terjadi," imbuhnya.
Perbuatan yang Tidak Dapat Diterima
Senator Payne yang juga Menteri Perempuan mengatakan dia mengharapkan laporan tentang kejadian tersebut dari Pemerintah Qatar minggu ini.
"Ini bukan sesuatu yang pernah saya dengar dalam hidup saya, dalam konteks apapun," katanya.
"Kami telah membuat laporan kepada Otoritas Qatar tentang masalah ini," sambungnya.
Senator Payne mengatakan masalah ini telah dilaporkan ke AFP.
Tidak jelas kekuatan apa yang akan dimiliki AFP atas insiden yang terjadi di Doha di Timur Tengah itu.
Senator Payne menolak menjelaskan lebih lanjut sampai dia melihat laporan itu, tetapi mengatakan bahwa Pemerintah telah diberitahu tentang masalah tersebut ketika itu terjadi pada 2 Oktober.
Tonton juga:
Pemimpin Partai Buruh Federal Anthony Albanese menggambarkan insiden itu sebagai "benar-benar mengganggu" dan mengatakan dia akan meminta penjelasan dari Pemerintah.
"Menurut saya, itu sama sekali tidak bisa diterima," katanya.
"Pemerintah memiliki hubungan dengan Qatar, Pemerintah dalam posisi untuk mengatur berbagai kegiatan dan saya pikir itu membutuhkan sesuatu selain hanya kata-kata yang kuat."
Polisi NSW mengatakan para wanita itu menerima dukungan medis dan psikologis saat berada di karantina hotel di Sydney.
Baca juga: Terkait Insiden Layangan Tersangkut di Roda Pesawat, Citilink Pastikan Seluruh Penumpang Selamat
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Wisatawan, Sejumlah Pantai di Lampung Terapkan Sistem Sif Bagi Pengunjung
Baca juga: Promo Tiket Masuk Malang Smart Arena, Destinasi Wisata untuk Liburan Bareng Buah Hati
Baca juga: Jadwal Penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta ke Sulawesi dan Maluku Oktober 2020
Baca juga: Burger di Malaysia Ini Dihargai Rp 2,1 Juta, Apa Keistimewaannya?
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)