Breaking News:

7 Perbedaan Perjalanan Wisata Setelah Pandemi Covid-19, Wisata Alam Bakal Diminati

Pembukaan kembali pasar perjalanan Jerman untuk menunjukkan perubahan perjalanan wisata setelah covid-19.

Pexels/Anna Shvets
Ilustrasi traveling di tengah pandemi corona 

TRIBUNTRAVEL.COM - Perjalanan wisata akhirnya dibuka kembali setelah berbulan-bulan ditutup akibat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang hampir ada disemua negara ini membuat perjalanan wisata mengalami perubahan.

Banyak tren perjalanan yang diminati sesudah pandemi Covid-19.

Sebuah laporan baru oleh McKinsey menggunakan data dari agen perjalanan metasearch Trivago tentang pembukaan kembali pasar perjalanan Jerman untuk menunjukkan perubahan perjalanan wisata setelah covid-19.

9 Kesalahan Paling Umum yang Dilakukan Wisatawan di Bandara, Termasuk Membawa Cairan

Simak berbagai perubahan perjalanan wisata setelah pandemi Covid-19 berikut ini.

1. Orang masih ingin bepergian

Terlepas dari semua pembatasan pergerakan, tindakan pencegahan keselamatan, dampak finansial dan risiko yang terkait dengan perjalanan selama pandemi, orang-orang masih tertarik untuk melakukan perjalanan.

Studi MasterCard-Crescent Rating yang mengamati bagaimana Covid-19 telah mempengaruhi negara-negara ASEAN menemukan bahwa, terlepas dari implikasi finansial dari pandemi ini, sebagian besar orang di Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, dan Korea Selatan berencana untuk bepergian setelah tidak ada pembatasan.

2. Perjalanan domestik lebih populer

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, perjalanan domestik sekarang lebih populer daripada perjalanan internasional, lapor McKinsey.

2 dari 4 halaman

Secara historis, pelancong Jerman lebih menyukai perjalanan internasional daripada liburan domestik tetapi itu semua berubah.

Pada bulan Juni, McKinsey mengatakan ada permintaan 36 persen lebih tinggi untuk perjalanan domestik di negara Eropa daripada untuk perjalanan internasional.

3. Pemesanan tiket di menit-menit akhir

Pembatasan, penutupan bandara, pembatalan penerbangan, dan aturan perbatasan baru berarti sekarang secara signifikan lebih sulit untuk merencanakan perjalanan.

Menurut laporan McKinsey, bagian liburan tahun ini dimulai dalam waktu 30 hari dari waktu pemesanan melebihi periode yang sama tahun lalu sebesar 7 persen.

Wisatawan mungkin lebih percaya diri memesan perjalanan lebih dekat ke tanggal yang mereka inginkan untuk bepergian dengan harapan peraturan dan regulasi tidak akan berubah secara  dramatis pada saat liburan tiba.

4. Tempat wisata populer masih menarik untuk wisatawan

Terlepas dari perjalanan domestik, tampaknya sebagian besar pelancong tidak siap untuk menyerah pada tujuan favorit mereka meskipun ada pembatasan Covid-19.

5. Tempat-tempat baru yang lebih dekat ke rumah akan bersinar

Dengan perjalanan domestik yang meningkat, para pelancong tertarik untuk menemukan tempat-tempat yang belum ditemukan dan berbagai destinasi di negara asal mereka.

3 dari 4 halaman

Di Jerman, wilayah pesisir seperti Mecklenburg dan Schleswig Holstein mengalami peningkatan kunjungan yang signifikan tahun ini, kata laporan McKinsley.

Di Indonesia kemungkinan muncul berbagai destinasi baru yang menarik wisatawan.

6. Liburan akan lebih lama

Panjang rata-rata liburan ditetapkan untuk mendapatkan lebih lama pasca-Covid.

Dengan beberapa peraturan baru yang berlaku bagi para pelancong seperti harus melakukan serangkaian tes Covid-19.

Banyaknya tes dan aturan yang dijalankan membuat banyak traveler ingin memanfaatkan waktu untuk liburan lebih lama.

Tren ini juga dapat dikaitkan dengan dampak keuangan krisis, dengan para pelancong yang mungkin memilih untuk melewatkan liburan akhir pekan dan istirahat pendek demi liburan musim panas yang lebih panjang dengan keluarga mereka.

7. Wisata alam bakal jadi favorit

Dalam upaya memulai kembali pariwisata, banyak hotel, agen perjalanan, dan operator tur telah menurunkan harganya, artinya ada perjalanan murah yang bisa didapat.

Namun, ada satu sektor di mana harga tampaknya akan tetap tinggi.

4 dari 4 halaman

Liburan berorientasi alam seperti di gunung, pantai atau lokasi hutan masih menuntut harga tingkat 2019 atau bahkan lebih tinggi, dan para pelancong bersedia membayarnya, menurut McKinsey.

Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk pelancong yang liburan di kota, di mana harga rata-rata pemesanan telah turun sejak tahun lalu.

Survei ini didasarkan pada data di Jerman, untuk wisata alam di Indonesia kemungkinan tetap terjangkau karena Indonesia mempunyai banyak wisata alam.

Sudah Dibuka, Ribuan Wisatawan Kunjungi Kawasan Wisata Dieng

Ditutup Hampir Selama 5 Bulan, Pendakian ke Puncak Tertinggi di Dunia Everest Dibuka Kembali

Florawisata San Terra de Lafonte, Tempat Wisata Instagramable di Malang

Desa Ranu Pani, Tempat Wisata di Lumajang yang Viral di Medsos karena Kemunculan Bun Upas

(TribunTravel/Arif Setyabudi)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Covid-19wisata alamJerman
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved