TRIBUNTRAVEL.COM - Virus Corona (Covid-19) telah menempatkan sebagian besar dunia pada suatu bentuk penguncian dan pembatasan akses.
Sejumlah pantai di dunia pun ditutup sementara guna mencegah penyebaran Covid-19.
Penutupan sementara ini mungkin aman bagi manusia, tapi bagaimana dengan para penyu?
Sejumlah pelaku konservasi pun mempertanyakan bagaimana tindakan penguncian akan mempengaruhi penyu di seluruh dunia.
• 2 Bulan Ditutup Akibat Pandemi, Kebun Binatang Siberia Alami Ledakan Kelahiran Hewan
Melalui laman Insider, Direktur Eksekutif Conservancy, David Godfrey mengatakan, "Berita ini tidak semuanya bagus dalam hal bagaimana virus (Covid-19) ini mempengaruhi penyu."
Di beberapa lokasi, pantai yang ditutup memmiliki hal yang positif bagi kelangsungan hidup penyu.
Tetapi di daerah lain, para pelaku konservasi khawatir bahwa pantai yang kosong mungkin menjadi tempat perburuan liar.
Tonton juga:
Di satu sisi, para ahli tidak yakin apakah penguncian ini akan berdampak jangka panjang terhadap kelangsungan hidup penyu.
Enam dari Tujuh Spesies Penyu Terancam Punah
Setiap tahun, jutaan penyu betina menuju garis pantai untuk bertelur.
Musim bertelur ini dimulai pada bulan Maret dan berlangsung hingga Oktober.
Di mana populasi penyu belimbing dan ridle kemp akan menuju ke pantai AS Tenggara, sementara kelompok penyu hijau dan penyu belimbing lainnya akan berenang ratusan mil untuk bertelur di tempat-tempat seperti Kosta Rika dan Gabon.
Di pantai-pantai ini, penyu menghadapi tantangan.
Mereka mungkin akan menghadapi tabrakan perahu di air dangkal, pemburu liar di darat dan lampu artifisial yang membingungkan.
Masing-masing lokasi ini pun memiliki serangkaian tantangan yang berbeda untuk para penyu.
Beberapa pantai yang kosong mungkin bisa membantu penyu-penyu untuk bersarang dan menetaskan telurnya.
Virus Corona sebagian besar telah menghilangkan tantangan yang harus dihadapi penyu.
"Banyak pelabuhan ditutup, banyak operasi kapal umum yang ditutup. Jadi lebih sedikit orang yang berlayar di sekitar garis pantai," kata Godfrey.
Maraknya Perburuan Liar
Menurut WWF, puluhan ribu penyu dan telurnya hilang karena perburuan liar setiap tahunnya.
Daging dan telur penyu telah digunakan sebagai sumber makanan, pendapatan dan obat-obatan di seluruh dunia selama ribuan tahun.
Untuk mengurangi perburuan penyu, Godfrey dan timnya di Sea Turtle Conservancy bekerja secara langsung dengan masyarakat untuk menciptakan ekowisata.
"Di negara-negara yang lebih berkembang seperti Kosta Rika dan Panama misalnya, kami bekerjasama dengan masyarakat pesisir untuk mendorong ekowisata," kata Godfrey.
Adanya Covid-19 mungkin telah menyebabkan meningkatnya perburuan liar.
"Semua orang yang mencari nafkah dari turis-turis semakin putus asa. Ini menyebabkan orang keluar dan mencari makanan untuk keluarga mereka di pantai," imbuhnya.
Godfrey menambahkan, "Ancaman konsumsi manusia adalah masalah di sana dan itu hanya akan menjadi lebih buruk karena virus."
• Viral di Medsos, Seekor Anjing Berjalan dengan Kepala Dibungkus Tas, Ini Penjelasan Sang Pemilik
• Melalui Akun Instagramnya, Anjing Ini Ajak Pengikutnya Menikmati Tur Virtual Menjelajahi Swiss
• Ada Pandemi Corona, Wanita Ini Antarkan Makanan untuk Lansia Menggunakan Kereta Luncur Anjing
• Seorang Pria Dikenai Denda hingga Rp 107 Juta Akibat Bergulat dengan Beruang di Kebun Binatang
• 6 Cara Cerdas Manfaatkan Kulit Buah, Bisa Dijadikan Pelembap Kulit hingga Semir Sepatu
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)