TRIBUNTRAVEL.COM - Semut mungkin hanya serangga kecil.
Namun gigitannya dapat membuat siapapun meringis kesakitan.
Tak cuma menyakitkan, beberapa jenis semua cukup berbahaya.
Saking bahayanya mampu membunuh manusia dalam sekali gigitan.
Dilansir TribunTravel dari laman listmaze.com, 7 semut paling berbahaya di dunia.
1. Semut Bulldog

Bulldog Ant masuk dalam Guinness World Records sebagai semut paling berbahaya di dunia .
Populasi utamanya berada di wilayah pesisir Australia.
Ada sekitar tiga korban manusia karena semut Bulldog sejak 1988.
Sengatannya sangat kuat khususnya untuk manusia sensitif.
Rasa sakit bisa berlangsung selama beberapa menit, yang pada dasarnya seperti "rasa sakit terbakar".
Uniknya, semut ini dapat melompat beberapa inci jika ada gangguan atau sentakan yang terjadi pada sarang.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa racun yang disuntikkan oleh mereka dapat menyebabkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Semut peluru

Semut peluru mirip seperti semut Bulldog.
Sesuai namanya, semut ini mampu menyebabkan rasa sakit yang lebih besar dari tembakan pistol di tubuh.
Ditemukan di Honduras dan Paraguay, semut menempati urutan teratas dalam daftar palong berbahaya di dunia.
Lebih lanjut, rasa sakit dapat diderita oleh korban selama lebih dari 24 jam.
Kandungan racun di dalamnya memberi dampak menjijikkan yang menghalangi transmisi sinaptik di sistem saraf pusat.
3. Semut tentara

Semut tentara dianggap berpotensi sangat berbahaya bagi manusia.
Kata "Tentara" untuk semut itu sendiri menekankan bahwa mereka sangat banyak menyerang dalam kelompok.
Serangan biasanya dilakukan lebih dari 100.000 semut untuk menghancurkan mangsanya.
Lebih lanjut, ketika menyerang mangsa, niatnya adalah menggulingkan kelompok untuk akhirnya membunuh korban.
4. Semut Siafu

Semut Siafu juga dikenal sebagai "Pengemudi semut".
Terutama ditemukan di Afrika tengah dan timur, semut sangat berbahaya bagi manusia.
Setiap sarang dapat terdiri dari lebih dari 20 juta individu.
Mereka memiliki rahang yang kuat dan dapat menghancurkan mangsa dalam hitungan detik.
Lebih jauh, semut pekerja lebih kuat daripada yang normal.
Semut pekerja Siafu dapat diidentifikasi dari ukuran rahang yang lebih besar, kekuatan yang lebih besar dan kemampuan menyengat.
5. Semut api

Seperti namanya, semut api menghasilkan efek yang sama dengan kulit yang terbakar.
Beberapa spesies semut api juga dikenal sebagai "semut jahe".
Sengatan dari mereka sangat menyakitkan dan akan membutuhkan perhatian medis segera.
Gigitan bisa sangat berbahaya karena racunnya terdiri dari alkaloid.
Reaksi alergi pada kulit manusia dapat menyebabkan pembengkakan dan iritasi di tempat.
Jika tidak ditangani tepat waktu maka dapat berakibat fatal.
6. Semut Pony

Pony dianggap sebagai satu yang paling menakutkan di antara spesies semut.
Semut ini bersifat spesifik dan endemik di Australia.
Juga dikenal sebagai "semut hijau", penampilan semut Pony sangat unik dan khas.
Sengatannya sangat kuat dan dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat pada manusia.
Pada dasarnya, perhatian medis diperlukan jika terjadi gigitan.
Kandungan racun berbahaya dalam satu kali sengatnya, dapat menyebabkan korban jatuh ke syok anafilaksis.
Syok anaphylactic adalah reaksi alergi yang menyebabkan gatal, muntah dan pembengkakan.
Lebih lanjut, korban yang tidak diobati bisa jatuh sampai mati karena racun yang kuat.
7. Semut Jack Jumper

Semut dapat menyerupai kalajengking kecil, yang dapat memberi mimpi buruk bagi beberapa orang.
Jumper Jack juga dikenal sebagai "hopper ant", merupakan endemik asli Australia.
Semut berbisa itu telah menewaskan sekitar empat orang antara 1980 dan 2000.
Kandungan racun di dalamnya dapat menyebabkan korban mengalami gejala seperti alergi, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah rendah.
• 5 Kuliner Ekstrem di India, Cobain Gurih dan Getirnya Rempah Semut Merah
• Gurihnya Telur Semut Meksiko Bisa Dicicipi di Tempat Ini, Tertarik Mencobanya?
• 10 Kuliner Serangga Paling Populer di Asia, Ada Tarantula Goreng sampai Telur Semut Putih
• Tak Cuma Manusia, Semut Juga Bisa Mendapatkan Jatah Libur Kerja Saat Sakit
TribunTravel/Ambar Purwaningrum