TRIBUNTRAVEL.COM - BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta memperkirakan kemarau hingga tiga bulan kedepan.
Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Etik Setyaningrum mengatakan musim kemarau berlangsung hingga Oktober mendatang.
Berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH), sampai dengan 20 Juli 2019 hampir sebagian besar wilayah DIY tidak ada hujan secara berturut-turut selama lebih dari 60 hari, dengan prospek curah hujan rendah kurang dari 10 mm/dasarian.
"Kondisi ini menunjukkan indikasi adanya kekeringan secara meteorologis, atau berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang. Diperkirakan masih berlanjut hingga tiga bulan kedepan, puncaknya akan terjadi bulan Agustus,"katanya, Minggu (28/7/2019).
Ia melanjutkan, musim kemarau tahun ini periodenya sama panjang dengan tahun 2018 lalu.
Namun, tahun ini sifat musim kemaraunya lebih kering jika dibanding tahun lalu.
Selain adanya kekeringan, kondisi yang perlu menjadi perhatian adalah suhu yang cenderung lebih dingin, khususnya malam hingga pagi hari.
Suhu udara rata-rata minimum saat ini berkisar 18 hingga 20 derajat celsius.
Meski cenderung dingin, hal itu normal terjadi.
Penyebabnya adalah adanya aliran masa udara dingin dari Australia yang memasuki wilayah Indonesia, khususnya DIY.
Untuk menghadapi puncak musim kemarau, ia mengimbau masyarakat untuk mulai menghemat air. Hal itu karena potensi kurangnya ketersediaan air.
Ia juga juga mengimbau masyrakat untuk mengurangi aktivitas luar ruangan, khususnya malam hari.
Bagi petani, ia meminta petani untuk mempersiapkan pola tanam yang sesuai iklam kemarau agar tidak mengalami gagal panen.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul BMKG Sebut Sifat Kemarau 2019 Lebih Kering