Breaking News:

Kuliner Kalsel - Uniknya Bubur Asyura di Banjarmasin, Kisah di Baliknya Dijadikan Tradisi

Tak sekadar menggelar puasa sunah, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas yaitu bubur asyura.

Editor: Sinta Agustina
Tribun Timur/Yayu Fathilal

Laporan Wartawan Tribun Timur, Yayu Fathilal

TRIBUNTRAVEL.COM - Tiap 10 Muharram, umat Islam di Kalimantan Selatan menggelar tradisi khusus, yaitu puasa asyura.

Tak sekadar menggelar puasa sunah tersebut, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas yaitu bubur asyura.

Bubur asyura berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.

Sesuai tradisi, biasanya bahan campurannya mencapai 41 jenis.

Biasanya, yang dimasukkan ke adonan bubur berupa sayuran dan kacang-kacangan.

Sementara bumbu penyedapnya berupa garam dan bubuk penyedap rasa.

Tak ada resep khusus untuk membuat bubur asyura ini. Bahannya bisa apa pun dan apa yang ada saja, sesuai dengan kondisi perekonomian warga yang membuatnya.

Berlangsung tiap tahun, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawa untuk memasak bubur itu.

Acara memasak dimulai dengan memotong berbagai bahan, seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe hingga bawang merah.

2 dari 3 halaman

Kemudian dilanjutkan dengan memasaknya secara bergotong royong hingga bubur matang sempurna.

Setelah matang, bubur asyura tersebut didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat.

"Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan," kata warga setempat, Syamsiah.

Bubur asyura dimakan bersama di rumah masing-masing.

Bagi mereka yang berpuasa asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.

"Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin bubur asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua," katanya.

Warga lainnya, Muhammad Hanafi, menambahkan tentang kisah di balik tradisi ini.

Kala itu, ada seorang sahabat Nabi Muhammad memasak bubur namun dia tak mengira ternyata jumlah makanannya tak sebanding dengan jumlah prajurit yang harus diberi makan.

"Akhirnya, Rasulullah memerintahkan agar para sahabatnya mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada agar dicampurkan ke bubur itu supaya jumlahnya jadi banyak dan cukup untuk memakani para prajurit itu. Rasulullah yang mendistribusikannya ke para prajuritnya," katanya.

Pada 10 Muharram itu bertepatan pula dengan sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu perang Karbala di mana dua cucu Nabi Muhammad terbunuh, yaitu Hasan dan Husin.

3 dari 3 halaman

Pada hari itu juga, pasukan Islam bergotong royong membuat bubur dengan cara memasukkan puluhan bahan makanan yang dimiliki untuk ransum para prajurit tersebut.

"Itu bertepatan pada 10 Muharram. Nah, oleh orang-orang Banjar zaman dulu, peristiwa ini ditiru, yaitu memasak buburnya itu. Lantas dijadikan tradisi tiap tahunnya," lanjutnya.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Timur
Tags:
Kalimantan SelatanBanjarkuliner khas Kalimantan SelatanBubur asyura Sungai Barito Pantai Batakan
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved