TRIBUNTRAVEL.COM - Di Afrika Barat tepatnya di Mali, terdapat sebuah masjid yang sangat unik dan megah yang bernama Masjid Agung Djenne.
Keunikan dari Masjid Agung Djenne ini adalah terbuat dari lumpur.
Masjid ini telah diresmikan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan situs sejarah dunia pada 1988.
Masjid Agung Djenne pertama kali dibangun pada 1240 Masehi oleh Sultan Koi Kunboro.
Bangunan yang bisa kita kunjungi saat ini adalah masjid tiruan yang dibuat semirip mungkin dengan bangunan aslinya.
Ketika Prancis menguasai Mali pada 1907, kekaisaran Prancis dengan perintah dari Katedral Notre-Dame memerintahkan untuk membangun ulang Masjid Agung Djenne di tempat aslinya.
Renovasi telah mengembalikan struktur yang serupa dengan bangunan aslinya, tetapi juga dari waktu ke waktu telah mengubahnya lebih halus.
Tonton juga:
Dengan rekonstruksi bangunan yang baik, masjid tanah liat di Djenne ini menjadi makin kokoh namun tetap pada hakikat aslinya.
Masjid ini memiliki tiga menara besar yang menghadap ke pasar besar Kota Djenne.
Tiga menara ini memiliki tinggi yang mencapai hingga 11 meter dan menonjol di atas dinding utama.
Dalam setiap menara tersebut berisi tangga spiral yang menghadap ke atap.
• Segarnya Es Dawet Pak Slamet, Kuliner Legendaris Yogyakarta yang Dibanderol Rp 2 Ribu
• Kafe di Padang Sajikan Menu Unik, Ada Spageti Bini Muda hingga Pizza Daging Selingkuhan
• 6 Makanan Pengganti Daging yang Kaya Protein, Cocok Bagi Kamu yang Vegetarian
Di puncak menara tersebut yang berbentuk kerucut telur burung unta yang menyimbolkan kemurnian dan kesuburan.
Dinding Masjid Agung Djenne memiliki ketebalan antara 40 sampai 60 sentimeter yang makin ke atas dinding tersebut maka ketebalannya makin menipis.
Dinding tersebut berfungsi untuk menahan berat dari struktur masjid dan juga memberikan insulasi sinar matahari gurun yang menyengat.
Pada siang hari, tembok dari luar perlahan terasa panas namun di bagian dalam tetap memberikan kesejukan bagi para jemaah.
Sedangkan pada malam hari tetap terasa hangat karena udara panasnya tersimpan di dalam tembok dan memberikan kehangatan di dalam masjid tersebut.
Untuk terus menjaga Masjid Djenne tetap kokoh, setiap tahunnya penduduk Mali mengadakan festival untuk melakukan perawatan dan perbaikan bangunan Masjid Djenne.
Karena bangunan yang terbuat dari lumpur ini mudah sekali mengalami kerusakan akibat hujan tahunan, perubahan suhu hingga kelembapan yang mengakibatkan beberap bangunan terkikis dan retak.
• Inilah Peraturan yang Wajib Dipatuhi Pengunjung Tumurun Private Museum
• 6 Pulau Tak Berpenghuni di Indonesia yang Punya Pemandangan Menakjubkan
• Mengunjungi Tumurun Private Museum, Destinasi Wisata di Kota Solo yang Penuh Edukasi Seni
(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)