Unsur-unsur tradisional Palembang berpadu dengan pengaruh arsitektur luar yang membuat masjid ini memiliki nilai estetika sekaligus historis tinggi.
Makam Kiai Marogan dan Ziarah
Kiai Marogan wafat pada 31 Oktober 1901.
Beliau dimakamkan di samping masjid yang didirikannya.
Hingga kini, makamnya dianggap keramat dan sering menjadi tujuan ziarah masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Bahkan, peziarah dari mancanegara seperti Malaysia dan Singapura juga kerap datang untuk mendoakan sekaligus mengenang jasa ulama besar ini.
Pada hari-hari besar Islam, kawasan masjid selalu dipenuhi jamaah dan peziarah.
Tradisi ini menjadikan Masjid Ki Marogan tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat spiritual dan budaya yang memperkuat identitas masyarakat Palembang.
Warisan Sejarah dan Budaya Palembang
Keberadaan Masjid Ki Marogan hingga saat ini menjadi bukti nyata betapa kuatnya peran ulama dalam membangun peradaban Islam di Palembang.
Dengan usia lebih dari satu abad, masjid ini tetap berdiri kokoh meski beberapa bagian telah mengalami renovasi dan perluasan.
Namun, nilai sejarah dan keasliannya masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.
Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme.
Sosok Kiai Marogan dikenal sebagai ulama yang gigih memperjuangkan Islam sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat melalui perdagangan.
Warisan perjuangan itu tetap terasa hingga sekarang melalui masjid yang menjadi pusat dakwah dan pendidikan agama.
TribunTravel