Bangunan ini merupakan rumah adat tradisional melayu yang masih dapat dilihat di Kota Pekanbaru.
Secara umum bangunan Rumah Singgah Tuan Kadi berbahan jenis kayu, kecuali bagian tangga yang terbuat dari bata dan bagian kaki atau tonggak yang terbuat dari beton.
Pada tiang tangga tertera sebuah inskripsi "23:7" di kepala tangga sebelah kiri dan "1928" di kepala tangga sebelah kanan yang menunjukkan waktu pembangunan tangga batu rumah panggung kayu tersebut, yaitu "23:7 1928" atau "23 Juli 1928"
Model bangunan rumah dihiasi dengan warna yang khas yaitu krem, kuning keemasan, serta biru dan masih dipertahankan seperti aslinya.
Di dalam Rumah Singgah Tuan Kadi dapat ditemui sejumlah foto-foto pekanbaru tempo dulu dan foto sosok Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12 yaitu Sultan Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin atau lebih dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II
Keberadaan Rumah Tuan Qadhi H Zakaria tidak lepas dari sejarah panjang Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Dalam perkembangannya, wilayah Senapelan pernah menjadi Ibu Kota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini terjadi pada masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sekitar tahun 1775.
Ketika itu Senapelan berada di kawasan yang cukup strategis dalam lalu lintas perdagangan, ditunjang juga dengan kondisi Sungai Siak yang tenang.
Dan dengan segala macam pertimbangan ekonomi dan politik yang berkembang di wilayah Riau pada saat itu, ia memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke Senapelan.
Kini, Senapelan telah menjadi Kota Pekanbaru dengan bermacam deretan arsitektur modern dan bangunan yang megah.
Namun kawasan ini masih meninggalkan jejak-jejak sejarah melayu masa lalu yang masih bertahan, seperti Rumah Tuan Kadi yang saat ini dijaga keberadaannya.
Saat ini, rumah Singgah Sultan Siak tersebut menjadi objek wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan.
4. Tugu Titik Nol Kilometer di Pekanbaru
Titik nol kilometer di suatu daerah biasanya ditandai dengan adanya tugu.
Begitu juga di Kota Pekanbaru . Tugu titik nol kilometer di Pekanbaru bisa ditemui di kawasan Pelindo I dekat Pasar Bawah atau di tepi Sungai Siak
Penanda titik nol kilometer tersebut dibuat sekitar 100 tahun yang lalu oleh kolonial Belanda.
Tugu tersebut merupakan saksi sejarah bahwa Belanda pernah menjajah di Pekanbaru.
Tugu tersebut terletak di sebelah kiri pintu masuk pelabuhan Pelindo.
Tugu ini bisa dijadikan sebagai lokasi selfie untuk mengingat sejarah kota.
Baca juga: Itinerary Majalengka 1 Hari: Bujet Rp 320 Ribu Berdua, Jelajah Terasering, Curug & Ngopi Romantis
Selain itu, juga dekat dengan gudang Pelindo yang juga saksi sejarah perdagangan di Pekanbaru di masa lalu.
Tugu itu menjadi titik pemandu yang menjadi patokan penentuan jarak antara Kota Pekanbaru dengan kota lain, seperti Padang 313 Km dan Bangkinang 65 Km .
Tugu titik nol kilometer adalah bukti kesejarahan Senapelan yang pernah menjadi pusat perekonomian pada awal abad 20 silam.
Terdaftar sebagai cagar budaya (Inventarisasi BPCB Sumatera Barat) dengan nomor 08/BCB-TB/B/01/2014.
Tugu titik nol kilometer Pekanbaru ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1920.
Jalan penghubung ini menjadi urat nadi perdagangan antara pantai barat dan pantai timur Sumatera saat itu.
Barang-barang dari Pantai Barat Sumatera dibawa menuju pelabuhan lama (Pelindo) oleh kapal-kapal dagang dari Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), seminggu sekali berlayar dari Pekanbaru menuju Singapura atau Tumasik
Dari Singapura, barang-barang dari Sumatera dikirim ke berbagai negara.
Pembangunan jalan yang ditandai pembuatan patok ini, mengawali pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru .
Tugu tersebut kerap menjadi persinggahan bagi wisatawan yang ingin menikmati Kota Lama Pekanbaru.
5. Monumen Kereta Api atau Pahlawan Kerja
Lokomotif pada Monumen Kereta Api adalah saksi bisu dari sejarah kekejaman penjajahan Jepang. Apalagi di momumen itu terdapat relief yang memperlihatkan para pekerja romusha.
Banyak yang meninggal dalam pembangunan rel kereta api dari Sijunjung-Pekanbaru sepanjang 220 km.
Momumen di komplek Taman Makam Pahlawan Kerja ini menjadi saksi kekejaman Jepang terhadap pekerja romusha dari tahun 1943 hingga 1945.
Gubernur Riau tahun 1978, R Soebrantas membuat monumen peringatan Pahlawan Kerja ini sebagai bentuk penghormatan kepada korban pembangunan rel kereta api.
Ada 22 makam yang ada di komplek monumen cagar budaya itu. Masyarakat masih bisa melihat monumen yang berada di Jalan Kaharuddin Nasution, Kota Pekanbaru.
(Tribunpekanbaru.com)(TribunTravel.com/mym)
Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul 5 Tempat Wisata Sejarah di Pekanbaru, Semua Lokasi di Tengah Kota
Baca tanpa iklan