Hal serupa terjadi di Desa Wunut, Kecamatan Tulung.
Dari pengelolaan Umbul Pelem, pemerintah desa bahkan mampu memberikan THR Rp 200.000 per warga, menunjukkan bahwa umbul bukan hanya potensi wisata, tetapi juga mesin penggerak ekonomi lokal.
Dari Lereng Merapi ke Klaten: Jalur Air Bawah Tanah
Mengutip dari Kompas.com, menurut Profesor Heru Hendrayana, ahli hidrogeologi UGM, air umbul di Klaten berasal dari daerah resapan (recharge area) di lereng timur Gunung Merapi, tepatnya di kawasan Emperan Merapi Montong (Emmon), Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Boyolali.
“Ini adalah daerah imbuhan air tanah. Di sinilah konservasi sumber daya air harus dilakukan,” jelasnya, dikutip dari Kompas.com.
Air dari wilayah ini meresap melalui batuan vulkanik Merapi yang porus, lalu mengalir ke bawah tanah dan muncul kembali sebagai mata air di Klaten.
Air tersebut muncul pada tiga lapisan ketinggian:
- 600 mdpl: mata air temporer
- 400 mdpl: spring belt 1 (debit sedang)
- 200 mdpl: spring belt 2, tempat munculnya umbul besar permanen di Klaten
Tak heran jika Klaten juga dipilih sebagai lokasi pabrik air minum kemasan, seperti Aqua di Delanggu, karena ketersediaan air tanah yang stabil dan bersih.
Baca juga: Itinerary Klaten 3 Hari 2 Malam dengan Bujet Rp 860 Ribuan, Jelajahi Wisata Umbul yang Hits
Umbul: Warisan Alam yang Harus Dijaga
Dengan potensi besar ini, menjaga daerah resapan Merapi sangat penting untuk memastikan umbul-umbul Klaten tetap hidup.
“Menentukan area konservasi harus berbasis riset agar tidak salah sasaran,” tegas Prof. Heru.
Umbul bukan hanya tempat wisata.
Ia adalah sumber kehidupan, ekonomi, dan budaya yang telah menghidupi Klaten selama puluhan tahun.
(Cynthia/TribunTravel)